KISAH INI merupakan simbol tentang
sebuah kedudukan. Simbol kedudukan atasan dan bawahannya. Tuan dengan hamba.
Kedudukan guru dengan muridnya. Kedudukan orang tua dengan anaknya. Nabi dengan
umatnya. Apa pun dan siapa pun atasan tak
pantas bawahan merendahkannya. Apa pun bagaimana pun tuan tak elok hamba
menistakannya. Begitu pula guru, bagaimana pun guru tak baik bagi murid
meremehkannya. Apalagi kedudukan orang tua dihadapan anaknya. Tidak akan
dikatakan memiliki budi pekerti yang tinggi bila tak berhasil menghormati orang
tuanya, atau hanya sekedar mengucap uffin
(cih) apa tah lagi sampai menghardiknya. Demikian pula kedudukan Rasulullah
bagi umatnya, tidak akan dikabulkan doa seorang hamba jika tidak dibuka dan
ditutup dengan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw.
Bagaimana kalau orang tua tidak adil
kepada anak-anaknya? Bagaimana kalau atasannya tidak bijak kepada bawahan.
Bagaimana kalau tuannya aniaya kepada hamba. Bagaimana kalau gurunya tidak baik
kepada muridnya?
Bagaimanakah simbol kedudukan guru
dan murid dalam versi supernova?
Bagaimana untuk menjawabnya kita sajikan sebuah kisah pewayangan tentang
seorang Guru bernama Durno dan muridnya bernama Bima.[1]
Durno dikenal sebagai guru spiritual yang memiliki ilmu yang sangat tinggi.
Seorang sakti mandraguna. Tetapi sayang ilmu yang tinggi dan kesaktiannya tidak
diimbangi dengan niat yang tulus. Serta tidak digunakan untuk kebaikan.
Sayang
juga hubungan unik guru dan murid bergeser menjadi hubungan buruk ketika guru
mengetahui kecerdasan Bima, muridnya. Jadilah Durno sebagai pribadi guru yang
tidak bijak terhadap muridnya. Dia menaruh dendam kepada Bima. Dia memiliki
niat yang busuk kepada Bima. Hanya karena Bima seorang murid yang memiliki
kecerdasan yang tinggi. Seorang murid yang memiliki kemampuan olah batin yang
mumpuni. Durno khawatir ilmunya, kesaktiannya tersairingi oleh muridnya
sendiri. Ini tidak boleh terjadi, apa kata semesta ini jika seorang murid dapat
menandingi kemampuan gurunya.
Bima
adalah simbol murid yang sangat patuh dan tulus kepada gurunya. Murid yang tidak
pernah membantah dengan segala bentuk pengajaran guru. Dia tidak merasa curiga terhadap
muslihat gurunya. Bima diperintahkan untuk melakukan laku semedi disebuah hutan Reksa
Muka. Bima diperintahkan untuk mencari suatu tempat yang dinamakan “Sarang Angin”. Bima menerima tugasnya
ini dengan penuh tanggung-jawab. Dia akan melaksanakan tugas dengan ikhlas
apapun alasannya. Bima menyadari bahwa hutan Reksa Muka adalah hutan yang sangat jauh dan berbahaya. Karena
disana konon, dijaga oleh seorang Raksasa yang sangat besar, sakti dan
jahat.
Bima tidak
menyadari bahwa “Sarang Angin”
bukanlah tempat yang jauh, apalagi di dalam hutan Reksa Muka. Sarang angin adalah letak nafas yang terletak di dalam
diri setiap orang, dalam dirinya sendiri. Letak nafas yang hakiki yang disebut nufus. Perintah sebenarnya adalah
mencari letak nafas yang sebenarnya, yang berada dalam sebuah tempat yang dekat
dengan Sang Pencipta. Sedekat darah dengan urat, sedekat urat leher diri
sendiri.
Guru Durno
sebenarnya telah mengetahui perihal tersebut. Hal itu dilakukan hanya untuk
mencelakakan muridnya. Rasa iri dan sombonglah yang membuatnya menjadi gelap
mata. Ternyata raksasa berbahaya tersebut adalah jelmaan Bathara Bayu yang dikutuk oleh Bethara
Guru. Raksasa jelamaan Bathara Bayu yang tidak lain adalah saudara kandung
Bima sendiri. Pertemuan ini menjadi pertemuan yang tak disangka-sangka oleh
keduanya. Ternyata buah dari pertemuan tersebut menguntungkan keduannya. Bagi
Bethara Bayu pertemuan tersebut merupakan pelepas ikatan kutukan. Dia terlepas
dari kutukan sehingga berubah menjadi manusia kembali. Dia merasa gembira dan
berterima kasih kepada Bima yang bersedia menemuinya. Sebagai rasa
teriama-kasihnya kepada Bima, Bathara Bayu menghadiahkan sebuah cincin kepada.
Bukan sembarang cincin, melainkan cincin yang memiliki kekuatan yang luar biasa.
Cincin yang membuat Bima bisa bertahan hidup di dalam air selama ia mau.
Bima
kemudian melaporkan hasil semedinya di Hutan Reksa Muka dan berharap gurunya merasa bangga dan bahagia. Namun, bukan merasa
bangga terhadap Bima yang berhasil mendapatkan kesaktian. Memiliki cincin yang
menghantarkannya pada sebuah kemampuan. Kemampuan memahami letak kedudukan nafas yang disebut bayu.Bayu adalah roh yang berasal dari tiupan Roh Sang Pencipta.
Bima akhirnya menyadari bahwa dirinya berasal dari roh atau jiwa yang suci yang
dinamakan fitrah. Sedangkan Guru Durno hanya memahaminya sebagai
sebuah teori tanpa pernah mengalaminya secara nyata.
Guru
Durno tidak habis pikir mengapa Bima bisa selamat dari Hutan dan Raksasa. Dia
tidak mengerti mengapa malah meendapatkan kesaktian. Apakah ini suatu
kebetulan? Guru Durno tidak kehilangan akal, dia menyusun siasat lagi. Dia yakin
kali ini Bima tidak akan selamat. Durno memerintah Bima untuk mencari tempat
yang bernama “Tirta Prawita.” Sebuah
tempat yang terletak ditengah-tengah samudera. Tirta Prawita adalah air suci
yang berada dipusaran samudera yang sanagt luas dan paling dalam. Durno yakin secerdas-cerdas
Bima tidak akan pernah menemukan tempat tersebut. Kalaupun berhasil menemukannya,
maka sesakti-saktinya Bima tidak akan pernah selamat dari kedasyatan samudera
tersebut. karena itu Durno memerintahkan Bima untuk tidak kembali sebelum
berhasil mendapatkannya. Dia menejlaskan kepada Bima bahwa itulah ilmu yang
paling tinggi. Inilah hakikat ilmu sesungguhnya.
Bima
mohon pamit dan restu dari gurunya. Tanpa banyak tanya dia berangkat dengan
penuh harapan. Sepenuh harapan Durno untuk mencelakakannya. Durno berharap Bima
mati tenggelam di dasar samudera. Atau mati ditengah-tengah pusarannya. Bisa
juga dimangsa apa saja asal dapat menewaskannya. Apalagi Durno telah mengetahui
bahwa “Tirta Prawita, air suci
tersebut, konon dijaga oleh seekor Ular Naga yang sangat ganas.
Bima
menyadari tugas dari gurunya ini teramat berat. Dia memahami peluang untuk
mendapatkan air suci yang dinamakan “Tirta
Prawita, hampir 0% (nol persen), sangat kecil. Bahkan tugas pencarian ini
Bima sadari tergolong mustahil. Namun karena perintah Sang Guru harus
diterimanya dengan tulus. Bima adalah simbol pribadi murid yang sangat
menghornati gurunya. Betapa pun beratnya, dia tetap tulus menjalankannya.
Berkat
kemampuan menyelami air selama dan sedalam apa pun dengan cincin sakti
tersebut. Cincin yang merupakan simbol kekuatan uluhiyah yang melingkar sebagai sebuah jejak. Simbol kedudukan nafas, nufus, tanaffas, anfas sebagai
jejak isyarat adanya Sang Pencipta, Allah Yang Dekat. Bima yang telah memahami
letak kedudukan nafas yang disebut bayu, yang diperolehnya dari tugas sebelumnya.
Memiliki bayu, sebuah kekuatan yang berupa roh yang berasal dari tiupan Roh
Sang Pencipta. Akhirnya Bima memiliki kekuatan untuk menyelam dan mengendalikan
Ular Naga Sakti yang sangat ganas tersebut. Bersama ular naga yang telah dijinakkan
tersebut, Bima mengalami tingkat kesadaran spiritual yang sangat tinggi. Bima
berhasil menemukan hakikat dirinya, yang mirip dengannya tetapi memiliki
kedudukan rohani yang sangat tinggi. Kedudukan Guru Sejati yang dinamakan Dewa Ruci. Kedudukan sebagai Adam yang
telah memiliki pengetahuan sehingga layak mendapat penghormatan dari malaikat.
Hanya iblis yang menolak perintah penghormatan tersebut.
Bima
mampu mengalahkan Ular Naga Ganas yang tidak lain adalah jelmaan nafsu-nafsunya
sendiri. Bima merasakan kedekatannya dengan Sang Pencipta. Teramat dekat
sehingga Bima tidak mau kembali lagi ke tampat asalnya. Bima telah merasakan
kedamaian dan ketenraman yang dalam. Simbol kedudukan Guru Sejati yang telah
berhasil melampaui kedudukan Gurunya sendiri. Namun tetap menaruh hormat yang
tinggi kepada gurunya. Setinggi
keberkahan yang dianugerahkan Sang Pencipta kepada dirinya.
Kedudukan
guru dan orang tua adalah simbol keberkahan. Sekalipun gurunya tidak sebaik
muridnya. Meskipun orang tuanya tidak sebijak anaknya. Kedudukan simbol
tersebut sangat tinggi yang harus dihormati. Keikhlasan guru melancarkan
perjalanan kehidupan muridnya. Keredhaan orang tua kepada anaknya menjadi
alasan keredhaan Allah SWT kepada hambanya. Begitu pula simbol-simbol kedudukan
yang lain.Apa yang terjadi jika sikap Bima justru melakukan pembangkangan
terhadap guru yang licik tersebut? [Supernova]
0 komentar:
Posting Komentar