SELAMAT DATANG DI BLOG RUMAH INSAN BELAJAR || BAGI YANG INGIN MEMPUBLIKASI ULANG MENGENAI ISI DARI BLOG INI HARAP CANTUMKAN LINK SUMBER DAN PENULIS. TRIM'S

5 Kurikulum dalam Manajemen Sekolah

Jumat, 29 Agustus 2014 |



5
Kurikulum dalam Manajemen
 Sekolah






Lingkup Manajemen Sekolah
Sekolah memiliki berbagai garapan yang mesti dikelola secara baik, benar dan teratur. Pengelolaan yang baik dan benar adalah pengelolaan dilakukan secara sungguh-sungguh dan dasarkan keidah dan ketentuan aturan yang berlaku. Sedang pengelolaan yang teratur merupakan pengelolaan yang dilakukan atas beberapa garapan yang masuk dalam sebuah manajemen sekolah. Lingkup manajemen sekolah dapat diklasifikasikan dalam tujuh manajemen seperti: manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen personal/anggota, manajemen sarpras (sarana dan prasarana), manajemen keuangan, manajemen hubungan Sekolah dengan Masyarakat, dan manajemen Layanan Khusus.
Ketujuh manajemen tersebut sebagaimana dijelaskan Rohiat[1], sebagai berikut:
1.    Manajemen Kurikulum
Kurikulum di sekolah merupakan penentu utama kegiatan sekolah. berbagai kegiatan yang dilakukan di sekolah mulai dari dibukanya pintu sekolah sampai dengan lonceng pulang. Demikian juga dengan siswa yang mulai masuk sekolah, mereka melakukan kegiatan belajar berdasarkan kurikulum yang berlaku dan selalu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Kurikulum yang dirumuskan harus sesuai dengan filsafat dan cita-cita bangsa, perkembangan ssiswa, tuntutan, dan kemajuan masyarakat.
          Pemahaman tentang konsep dasar manajemen kurikulum merupakan hal penting bagi para kepala sekolah yang kemudian merupakan modal untuk membuat keputusan dalam implementasi kurikulum yang akan dilakukan oleh guru. Manajemen kurikulum membicarakan pengorganisasian sumber-sumber yang ada di sekolah sehingga kegiatan manajemen kurikulum ini dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
          Sucipto dan Raflis (1994:42) mengemukakan, kurikulum dapat diartikan secara sempit dan luas. Dalam pengertian sempit, kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang diberikan sekolah, sedangkan dalam pengertian luas kurikulum adalah semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah kepada siswa selama mereka menngikuti pendidikan di sekolah. Dalam pengertian luas ini berarti segala usaha sekolah untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam upaya menghasilkan lulusan yang baik secara kuantitatif maupun kualitatif tercakup dalam pengertian kurikulum.
          Empat Fungsi Dasar Pendidikan : Pertama, Pengembangan individu yang meliputi aspek-aspek hidup pribadi; etis, estetis, emosional, fisis; kedua, pengembangan cara berpikir dan teknik penyelidikan yang berkenaan dengan kecerdasan yang terrlatih; ketiga,Pemindahan warisan budaya, menyangkut nilai-nilai sivik dan moral bangsa; keempat, Pemenuhan kebutuhan sosial yang vital yang menyumbang kepada kesejahteraan ekonomi, sosial, politik, dan lapangan kerja.
          Keempat aspek itu berkenaan dengan pribadi, kecerdasan, sivik moral, dan teknik. Aspek-aspek bersifat permanen, tetap ada sepanjang kehidupan manusia- disetiap zaman. Namun demikian, setiap generasi dalam periodenya menyusun keempat unsur fungsi pendidikan tersebut menurut kebutuhan atau tekanan yang muncul pada zamannya.

          Proses Perubahan Kultural
Secara Siklus”
Proses perubahan kultural secara siklus demikian ahli antropologi budaya memandang tuntutan-tuntutan masyarakat terhadap sekolah. Hipotesanya bahwa tahap-tahap pokoknya adalah revolusi, konservatisme, reaksi, dan transaksi. Menurut teori ini, prioritas yang diberikan kepada keempat fungsi dasar pendidikan berbeda, tergantung pada tahap perubahan kultural. Dengan menyesuaikan perumusan antropologi dari keempat fungsi dasar pendidikan tersebut, urutan prioritas pendidikan pada tahap-tahap pokok perubahan kultural itu adalah sebagai berikut.
          Pada masyarakat maju, tahap perubahan kebudayaan yang sedang berjalan seperti sekarang, diklasifikasikan dalam tahap transaksional. Daya pendorong perubahan kultural yang pertama adalah revolusi ilmu dan teknologi, yang kedua adalah perubahan sosial. Industrialisasi dan modernisasi yang mendasari pembangunan ekonomi serta meningkatnya mobilitas sosial dan urbanisasi yang menyertainya juga pergeseran dalam pola serta nilai masyarakat tradisional ke arah masyarakat modern adalah akibat yang memberikan alasan bagi penyusunan kembali prioritas-prioritas diantara fungsi-fungsi dasar dapat digunakan sebagai perspektif yang luas dengan maksud pendidikan dapat dikembangkan dan dinilai untuk membimbing perencanaan program-program pendidikan.
Tabel 1
Prioritas Pendidikan pada Tahap-Tahap Pokok Perubahan Kultur

TAHAP
Revolusioner
Konservatif
Reaksioner
Transaksional
Moral
Teknik
Moral
Kecerdasan
Kecerdasan
Pribadi
Teknik
Teknik
Teknik
Moral
Pribadi
Moral
Pribadi
Kecerdasan
Kecerdasan
Pribadi
Diadaptasi dari Rohiat (2010:23)
                  
          Berdasarkan fungsi dasar pendidikan tersebut, masih menurut Rohiat[2] dapat digolongkan tujuan-tujuan pendidikan ke dalam suatu kerangka konseptual seperti berikut:

Kerangka Kerja Konseptual dalam
 Dimensi Tugas Pendidikan
A.  Dimensi Pribadi
1. Religi         : Kesadaran beragama (red.naluri bertauhid)
2. Fisik           : Kesehatan jasmani dan pertumbuhan
3. Emosi        : Kesehatan mental dan stabilitas emosi
4. Etika           : Integritas moral
5. Estetika     : Pengajaran kultural dan rekreasi

B.  Dimensi Kecerdasan
1. Memiliki pengetahuan          :  konsep-konsep dan informasi
2. Komunikasi pengetahuan     : keterampilan memeroleh dan                                                    menyampaikan informasi.
3. Penciptaan pengetahuan       :  cara pemeriksaan,                                                                      diskriminasi, dan imajinasi
4. Hasrat akan pengetahuan      :  kesukaan akan belajar

C.  Dimensi Sosial
1. Hubungan antar manusia      : kerjasama, dan toleransi
2. Hubungan individu negara  : hak dan kewajiban sivik,                                                          kesetiaan, patriotisme,
                                                      dan solidaritas nasional
3. Hubungan individu dunia    : antar hubungan bangsa-bangsa                                                dan pemahaman dunia
4. hubungan individu dan        : ekologi
    lingkungan hidupnya

D.  Dimensi Produktif
1. Pilihan pekerjaan                  : Informasi dan bimbingan
2. Persiapan untuk bekerja       : Latihan dan penempatan
3. Rumah dan keluarga             : Mengatur rumah tangga,                                                           keterampilan mengerjakan
                                                      sesuatu sendiri,dan                                                                    perkawinan.
4. Konsumen                             : membeli, menjual, dan                                                              investasi

Kategori-kategori tujuan tersebut dapat digunakan sebagai suatu kerangka kerja untuk mengembangkan program pendidikan sekolah sesuai dengan prioritas pendidikan yang ditetapkan. Prioritas ini tentu akan bergantung pada tekanan yang diberikan kepada dimensi tugas pendidikan berkaitan dengan tahap perkembangan sosial, ekonomi, dan politik pada suatu masyarakat. pernyataan tersebut juga dapat digunakan untuk menganalisis fungsi dan tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) nomor 20 tahun 2003 pada Bab II Pasal  3  yang menyatakan:

          “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Itulah keputusan dan harapan bangsa kita dalam bidang pendidikan, mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Niat tulus ini akan cepat dirasakan oleh anak bangsa jika implementasinya sejalan dengan keputusan harapan  bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan menemu-kenali serta menumbuh kembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki fitrah sebagai naluri berketuhanan agar beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2.    Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan merupakan kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan masalah kesiswaan di sekolah. Tujuan manajemen kesiswaan adalah menata proses kesiswaan mulai dari perekrutan, mengikuti pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. kegiatan manajemen kesiswaan meliputi: perencanaan penerimaan murid baru, pembinaan siswa, dan kelulusan.
          Penerimaan siswa merupakan proses pelayanan dan pencatatan siswa dalam penerimaan siswa baru, setelah melalui seleksi masuk siswa baru dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan.
          Dalam penerimaan siswa baru terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan seperti (1) penetapan daya tampung, (2) penetapan persyaratan siswa yang akan diterima, dan (3) pembentukan panitia penerimaan siswa baru.
          Pembinaan siswa adalah pemberian pelayanan kepada siswa di sekolah baik pada jam pelajaran sekolah ataupun di luar jam pelajaran sekolah. Pembinaan yang dilakukan kepada siswa adalah agar siswa menyadari posisi dirinya sebagai pelajar dan dapat menyadari tugasnya secara baik.
          Beberapa hal yang dilakukan dalam pembinaan siswa diantaranya (1) memberikan orientasi kepada siswa baru, (2) mencatat kehadiran siswa, (3) mencatat prestasi dan kegiatan siswa, (4) membina displin siswa, dan (5) membina siswa yang telah tamat belajar.

3. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan yang mengatur untuk mempersiapkan segala peralatan/material bagi terselenggaranya proses pendidikan sekolah. Manajemen sarana dan prasarana dibutuhkan untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar. sarana dan prasarana pendidikan adalah semua benda bergerak dan tidak bergerak yang dibutuhkan untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung.
          Manajemen sarana dan prasarana merupakan keseluruhan proses perencanaan pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan sarana dan prasarana yang digunakan agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Kegiatan manajemen sarana dan prasarana meliputi: perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penginventarisasian, pemeliharaan, dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan.

4. Manajemen Personil/anggota
Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan mencoba untuk mempelajari bagaimana peran bagian kepegawaian atau departemen personalia dalam mengelola sumberdaya manusia sehubungan dengan telah berkembangnya profesi kependidikan yang didukung oleh Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 Tahun 2005 tentang Badan Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2005 tentangg Standar Kelulusan, dan Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2005 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kelulusan dan beberapa peraturan lainnya yang dilahirkan untuk memperbaiki mutu pendidikan. Di samping itu selama ini pola penataannya tidak memperhatikan konsep-konsep dasar dan praktik-praktik manajemen sumberdaya manusia modern.
          Manajemen personil/anggota di sekolah yang menjadi tanggung jawab kepada sekolah menuntut kemampuan dalam manajemen personil/anggota yang memadai karena telah menjadi tuntutan bahwa kepala sekolah harus ikut memikul tanggung jawab akan keberhasilan maupun kegagalan anggota sekolah. Kesanggupan manajemen yang dituntut meliputi (1) memeroleh dan memilih anggota yang cakap, (2) membantu anggota menyesuaikan diri pada tugas-tugas barunya, (3) menggunakan anggota dengan lebih efektif, dan (4) menciptakan kesempatan untuk perkembangan anggota secara berkesinambungan.

5. Manajemen Keuangan
Pendidikan membutuhkan biaya yang banyak. sudah menjadi rahasia umum, pendidikan yang berkualitas itu mahal. Dengan demikian, variasi pembiayaan pendidikan akan sangat bervariasi. Oleh karena itu, keuangan atau pembiayaan pendidikan dilembaga-lembaga pendidikan atau sekolah menjadi factor esencial.
          Penanggung jawab manajemen pembiayaan pendidikan adalah kepala sekolah dan guru yang ikut bertanggung jawab atas pembiayaan pendidikan. Guru diharapkan dapat merencanakan pembiayaan kegiatan belajar mengajar dengan baik. Kebutuhan untuk pembelajaran yang baik tentunya memerlukan pembiayaan yang memadai.
          Manajemen keuangan meliputi kegiatan perencanaan, penggunaan, pencatatan data, pelaporan, dan pertanggungjawaban penggunaan dana sesuai dengan yang direncanakan. Tujuan manajemen keuangan adalah untuk mewujudkan tertibnya administrasi keuangan sehingga penggunaan keuangan dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan yang berlaku. Manajemen keuangan memiliki aturan tersendiri, terdapat pemisahan tugas dan fungsi antara otorisator, ordinator, dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran uang.
          Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan otorisator. Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lain yang dapat dinilai dengan uang dan diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.
          Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dan menjabat sebagai otorisator berfungsi sebagai orang yang dapat memerintahkan pembayaran. Bendaharawan sekolah bertugas sebagai ordonator yang dapat melakukan pengujian atas pembayaran. Keuangan sekolah dapat diperoleh dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), bantuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta bantuan masyarakat. APBN terdiri atas dana rutin dan dana pembangunan.

6. Manajemen Hubungan Sekolah
 dan Masyarakat
Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan timbal balik untuk menjaga kelestarian dan kemajuan masyarakat itu sendiri. Sekolah diselenggarakan untuk dapat menjaga kelestarian nilai-nilai positif masyarakat, dengan harapan sekolah dapat mewariskan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat dengan baik dan benar. Sekolah juga berperan sebagai agen perubahan (agent of change), di mana sekolah dapat mengadakan perubahan nilai-nilai dan tradisi sesuai kemajuan dan tuntutan masyarakat dalam kemajuan dan pembangunan.
          Hubungan sekolah dan masyarakat dilakukan untuk menjembatani kebutuhan yang dibutuhkan sekolah dan masyarakat itu sendiri. Sekolah melakukan komunikasi dengan masyarakat agar memahami kebutuhan pendidikan dan pembangunan masyarakat. Hubungan sekolah dan masyarakat dapat dikatakan sebagai usa kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian antara sekolah, personil sekolah, dan anggota masyarakat.
7. Manajemen Layanan Khusus.
Manajemen layanan khusus dilakukan untuk mendukung keberhasilan proses belajar dan mengajar. Keberhasilan proses belajar mengajar membutuhkan fasilitas lain untuk mencapainya. Keberhasilan belajar tersebut di antaranya harus ditunjang dengan pusat sumber belajar, pusat kesehatan sekolah, bimbingan konseling, dan kantin sekolah. Untuk menyelenggarakan layanan khusus tersebut tersebut dibutuhkan personil khusus pula. Namun, karena personil khusus tersebut tidak dapat diadakan, yang membantu pelayanan khusus ini adalah guru.
          Layanan khusus adalah usaha-usaha yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar di kelas, tetapi secara khusus diberikan atau ditangani oleh kepala sekolah kepada siswa agar mereka lebih optimal dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
          Ketujuh layanan inilah yang menjadi cakupan manajemen layanan sekolah. Bagaimana sekolah menempatkan kurikulumnya sebagai penentu utama seluruh kegiatan sekolah. Bagaimana sekolah  melakukan pengorganisasian sumber-sumber yang ada di sekolah sehingga kegiatan manajemen kurikulum ini dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Bagaimana manajemen kesiswaan dapat menata seluruh kegiatan kesiswaan mulai dari perekrutan, mengikuti pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
          Bagaimana sekolah melakukan manajemen sarana dan prasarana dari proses perencanaan pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan sarana dan prasarana yang digunakan agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Bagaiman sekolah melakukan manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan mencoba untuk mempelajari bagaimana peran bagian kepegawaian atau departemen personalia dalam mengelola sumberdaya manusia sehubungan dengan telah berkembangnya profesi kependidikan. Bagaimana pula sekolah mengelola pembiayaan pendidikan. Karena pendidikan yang bermutu membutuhkan biaya yang banyak, ya memang sudah menjadi rahasia umum, pendidikan yang berkualitas itu mahal. keuangan atau pembiayaan pendidikan dilembaga-lembaga pendidikan atau sekolah menjadi factor esencial.
          Penanggung jawab manajemen pembiayaan pendidikan adalah kepala sekolah dan guru yang ikut bertanggung jawab atas pembiayaan pendidikan. Guru diharapkan dapat merencanakan pembiayaan kegiatan belajar mengajar dengan baik. Kebutuhan untuk pembelajaran yang baik tentunya memerlukan pembiayaan yang memadai. Pada akhirnya bagaimana sekolah dan masyarakat memiliki hubungan timbal balik untuk menjaga kelestarian dan kemajuan masyarakat itu sendiri.
          Hubungan sekolah dan masyarakat dilakukan untuk menjembatani kebutuhan yang dibutuhkan sekolah dan masyarakat itu sendiri. Manajemen layanan khusus dilakukan untuk mendukung keberhasilan proses belajar dan mengajar. Layanan khusus merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, karena ini berhubungan dengan hak setiap anak untuk mendapatkan pendidikan secara adil, bermutu dan tanpa diskriminatif.
          Keberhasilan sekolah memang dipengaruhi oleh banyak faktor. Akan tetapi tujuh cakupan layanan tersebut yang merupakan bagian manajemen sekolah menjadi faktor yang paling menentukan. Manajemen sekolah akan menjadi efektif jika dilaksanakan dengan memanfaatkan seluruh fasilitas yang ada serta melibatkan seluruh sumber daya (resources) yang ada pada sekolah. Diharapkan barometernya adalah pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah yang disesuaikan dengan sumber daya manusia dan sumber daya lingkungan sekolah. Bukan diukur pada kuantitas fasilitas dan sarana di sekolah. Tetapi bagaimana manajemen sekolah dapat secara efektif mengantarkan sekolah kepada tujuannya dengan seluruh potensi yang dimiliki secara optimal.


[1] Rohiat, Manajemen Sekolah- Teori Dasar dan Praktik Bandung: Refika Aditama, 2010,hlm 21-28
[2] Rohiat,  Manajemen Sekolah hlm.24

0 komentar:

Posting Komentar