9
Organisasi Kurikulum
ADA TIGA pengorganisasian pokok
kurikulum, yang isinya mengupas bagaimana bentuk bidang studi harus disajikan
di depan kelas yang konsekuensinya akan diikuti oleh tindakan bagaimana cara
memilih bahan ajar dan cara menyajikan serta cara mengevaluasinya.
Tiga
pengorganisasian pokok kurikulum tersebut adalah:
1.
Separated
subject curriculum, kalau bidang studi secara terpisah diajarkan
dengan pembatasan bahan serta waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Misalnya mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, masing-masing diajar oleh
guru dengan jadwal yang telah ditetapkan.
2.
Correlated
curriculum,
kalau berbagai bidang studi yang sejenis dikelompokkan untuk membahas sesuatu
topik yang relevan. Misalnya kelompok mata pelajaran biologi, fisika, kimia
dijadikan suatu kelompok yaitu kelompok bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA).
3.
Intergrated
curriculum, kalau suatu
topik atau permasalahan dibahas dengan berbagai pokok bahasan baik dari bidang
studi yang sejenis maupun dari bidang studi yang relevan.
Masing-masing
organisasi mempunyai untung dan rugi yang berbeda-beda. Sebetulnya dalam
praktek pengajaran di depan kelas tiga organisasi itu telah dilaksanakan,
tetapi tidak secara murni.
Sebagai contoh mari kita amati susunan mata
pelajaran dalam kurikulum sekolah dasar, tertera sebagai berikut:
a. Bidang studi matematika : Separate
b. Bidang studi IPA : Correlated
c. Bidang studi IPS : Correlated
d. Muatan lokal :
Intergrated
Pengorganisasian separated subject curriculum telah dilaksanakan sejak lama
hingga sekarang masih banyak dipertahankan mulai dari sekolah dasar sampai
dengan perguruan tinggi. Mari kita bahas ciri-ciri organisasi separated subject curriculum dilihat
dari berbagai segi, yaitu : tujuan, sumber bahan, sudut metode mengajar, guru,
dan peserta didik.
1.
Separated Subject Curriculum
Pengorganisasian
separated subject curriculum telah dilaksanakan sejak lama hingga
sekarang masih banyak dipertahankan mulai dari sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi. Setiap mata pelajaran disusun secara terpisah satu sama lain dengan
waktu yang dibatasi dan dipegang oleh guru baik oleh bidang studi maupun oleh
guru kelas.
Pada
zaman Romawi ada mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik yang
terdapat dalam The Seven Liberal Arts yang terbagi menjadi dua kelompok,
yang masing-masing kelompok berisikan tiga dan empat mata pelajaranyang
diajarkan secara terpisah yaitu kelompok Trivum yang berisikan tiga mata
pelajaran , gramatik, retorika dan logika. Kelompok yang lain adalah kelompok Quadrium
yang berisikan empat mata pelajaran yaitu; aritmatika, geometri, astronomi,
dan musik.
Kemudian
tiap-tiap mata pelajaran tersebut berkembang menjadi anak cabang ilmu
pengetahuan induknya dan berdiri sendiri atau bahkan menjadi prerequisite (prasyarat)
untuk mata pelajaran yang berkembang berikutnya. Contoh mata pelajaran prerequisite
dalam mata pelajaran yang berkembang berikutnya dapat mempelajari writing
(menulis), terlebih dahulu harus paham structure (tata bahasa), vocab
(kosa kata) dan reading (membaca). Vocab adalah prerequisite
(prasyarat) dari reading, structure adalah prasyarat writing.
Contoh lain, ilmu pendidikan berkembang menjadi pendidikan historis, pendidikan
nasional, pendidikan sosial dan seterusnya. Bidang psikologi berkembang dari
psikologi umum beranak cabang menjadi psikologi perkembangan, psikologi
pendidikan, psikologi kepribadian, psikologi dalam dan sebagainya.
Ciri-ciri Organisasi
Separated
Subject Curriculum
Ciri-cirinya
dilihat dari berbagai segi akan tertera sebagai berikut:
1. Dilihat dari
segi tujuan
Keuntungannya
dapat mencapai pengetahuan secara mendalam. Dapat menstandarkan pengetahuan
peserta didik yang terbesar dibanyak tempat. Dapat menyeragamkan fasilitas yang
disediakan.
Kekurangannya
:Pengetahuan yang didapat kurang. Sarana pendidikan jadi kaku. Kurikulumm
kurang fleksibel.
2.
Dilihat
dari sumber bahan.
Keuntungannya: Disediakan dari pusat.
Luas bahan terbatas. GBPP dari pusat. Bahan mudah diatur secara sistematis.
Kekurangannya: Buku acuan kurang diperhatikan.Bahan disusun urutannya oleh
penulis buku, kadang-kadang kurang bersifat psikologis.
3.
Dilihat dari sudut metode mengajar.
Keuntungannya: Bentuk pengajaran secara
progresif linier. Tidak banyak menggunakan metode yang bervariasi.
Kekurangannya: metode yang digunakan bersifat teacher centered. Banyak
metode yang dilakukan bersifat tradisional. Metode dril, ceramah, dan hafalan
kurang dapat membentuk perkembangan pribadi. Kegiatan belajar bersifat
ekspositorik.
4. Dilihat dari
segi guru.
Keuntungannya :Persiapan bahan relatif
mudah. Bahan sudah siap pakai. Tidak perlu mengadakan bahan banding.
Kekurangannya: Kurang kreatif. Kalau ketinggalan buku, guru tidak dapat
mengajar. Dibatasi waktu penyampaiannya. Tunduk pada aturan yang dibuat,
artinya tidak boleh menyimpang dari kurikulum.
5.
Dilihat dari peserta didik.
Keuntungannya : Beban tugas tidak
terlalu banyak. Dapat belajar secara sistematis. Kekurangannya : Tidak
membedakan perbedaan individual. Anak dianggap tong kosong yang akan ada
kotak-kotak ilmu pengetahuan yang perlu diisi. Tidak berinisiatif. CBSA tidak
berlaku.
Dalam
organisasi separated subject curriculum, yang memisah-misahkan mata
pelajaran sedemikian rupa, sehingga setiap mata pelajaran dapat berkembang
menjadi berbagai anak cabang ilmu pengetahuan, anak cabang ilmu pengetahuan
berkembang menjadi cucu cabang dan seterusnya yang pada akhirnya peserta didik
tidak mampu lagi mempelajari semuanya. Untuk mengatasi hal yang sedemikian maka
berbagai mata pelajaran yang sejenis dikelompokkan menjadi satu sehingga
terjadilah kelompok-kelompok mata pelajaran yang berorientasi pada kemampuan
berbahasa,ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu eksakta yang masing-masing kelompok
tersebut berkembang lebih lanjut menjadi bidang-bidang penetahuan yang lebih
rinci lagi.
Untuk
penyusunan kurikulum selanjutnya para penyusun membagi-bagi berbagai mata
kelompok mata pelajaran tersebut menjadi bagian-bagian/jurusan-jurusan,
program-program, sedang peserta didik dipersilahkan untuk memilih
bagian-bagian/jurusan-jurusan/program-program yang sesuai dengan minatnya.
Sungguhpun demikian penyelenggaraan dan pelaksanaan mata pelajaran masih tetap
terpisah-pisah sesuai dengan organisasi separated subject curriculum.
Evaluasi
dalam “OSSC”
(Organisasi
Separated Subject Curriculum)
Mari kita cermati kasus berikut sama-sama!
Si A mendapat nilai
matematika = 10, menggambar dapat nilai = 6, jumlah nilai = 16, rata-rata nilai
= 16 : 2 = 8.
Si B mendapat nilai
matematiak = 6, menggambar dapat nilai = 10, jumlah nilai = 16, rata-rata nilai
= 16 : 2 = 8.
Dengan demikian kepandaian A
= B. Setujukah ?
Berikan ilustrasi yang logis
untuk mendukung pendapat Anda!
Dulu Indonesia pernah
memiliki kurikulum sekolah yang disusun dari pusat. Kurikulum tersebut memiliki
bahan dan evaluasi yang diatur oleh pusat. Kurikulum Nasional demikian kita
mengenalnya. Evaluasi diadakan secara serentak untuk sekolah di lingkungannya
Dinas Depdiknas dengan cara EBTANAS. Sedang kurikulum yang bahan dan cara
mengajarnya diatur oleh Dinas Depdiknas setempat disebut kurikulum muatan lokal,
evaluasinya dilakukan secara EBTA.
Oleh
para ahli, ada kelemahan dalam evaluasi belajar pada separated subject
curriculum yang dilakukan hingga sekarang yakni, cara menjumlah skor mata
pelajaran menjadi satu, yang kemudian jumlah tersebut diberi nama hasil
prestasi belajar. Ada yang mempertanyakan bahwa apakah penjumlahan skor untuk
berbagai mata pelajaran tersebut dapat dipertanggungjawabkan? Karena bobot
untuk setiap mata pelajaran yang berdiri sendiri itu berbeda-beda. Ambil
contoh:
a.
Si
A mendapat nilai Matematika = 10, Menggambar dapat nilai = 4, Jumlah nilai =
14, rata-rata nilai = 14 : 2 = 7
b.
Si
B mendapat nilai Matematika = 4, Menggambar dapat nilai = 10, Jumlah nilai =
14, rata-rata nilai = 14 : 2 = 7
Dengan demikian
kepandaian A sama dengan kepandaian B. Setujukah ?
Dalam separated subject curriculum yang
tiap-tiap mata pelajaran berdiri sendiri tidaklah tepat untuk menjumlah skor
mata pelajaran Matematika + IPS +IPA + Bahasa + berbagai mata pelajaran yang
lain seperti yang tercantum pada ijazah-ijazah SD, SMP, dan SMA seperti sekarang
ini.
Sering mengemuka asumsi bahwa penjumlahan
yang demikian dapat diibaratkan orang menjumlah 3 butir berlian + 4 butir intan
+ 2 butir zamrud + 10 butir batu akik = 19 butir permata. Setujukah Anda ?
Tidak ! Mengapa ? Karena walaupun semua berupa permata tetapi jenis dan mutunya
belum tentu sama.
Penilaian di perguruan tinggi, untuk
menghindari nilai rata-rata dan bobot nilai yang terdiri dari penjumlahan,
dilakukan dengan cara mencari Indek Prestasi, rumusnya sebagai berikut :
Di mana : IP =
Indeks Prestasi
N = nilai
j = jam (SKS)
Contoh :
Nama
|
Mata pelajaran
|
Jumlah jam
|
Nilai
|
A
|
Matematika
Menggambar
|
6
2
|
10
4
|
B
|
Matematika
Menggambar
|
6
2
|
4
10
|
IP.A =
=
=
8,5
IP.B =
=
=
5,5
Walaupun jumlah nilai rata-rata A = B,
tetapi menurut perhitungan dengan rumus IP, ternyata A lebih pandai.
Perspektif Masyarakat terhadap “OSSC”
(Organisasi Separated Subject Curriculum)
JIKA KITA mencermati
bahwa bahan yang tertuang dalam separated subject curriculum jarang
memperhatikan masalah kehidupan masyarakat. Hampir semua bahan dititik beratkan
pada masalah teori dan mengikuti apa yang menjadi pemikiran penulis buku. Peserta
didik diminta tekun mendengar kemudian mencatat, bahkan guru memerintahkan
supaya bahan tersebut dipelajari selanjutnya dihafal. Guru lalu membuat
berbagai pertanyaan atau mengajukan berbagai problem sesuai apa yang dipelajari
peserta didik. Kalau peserta didik dapat menjawab sesuai dengan yang diajarkan
maka peserta didik mendapat predikat anak yang pandai. Namun kenyataan
dimasyarakat berbagai problemnya tidak terduga sebelumnya seperti yang ada di
kelas. Problem banyak yang datang tanpa direncana dan datang seketika dan harus
dipecahkan seketika pula.
Berhasil meraih peringkat tertinggi di
sekolah, bukan jaminan mampu mencapai posisi terbaik di masyarakat. Sebaliknya tidak
berhasil di sekolah bukan akhir segalanya di masyarakat. Tidak sedikit konglomerat
dan pemimpin-pemimpin kaliber dunia yang tidak berpendidikan dari perguruan
tinggi, tetapi ia digodog di sekolah masyarakat dapat berhasil dibidangnya
bahkan memimpin dengan sukses.
Pada
akhirnya dapat kita tarik kesimpulan bahwa “Pengorganisasian
kurikulum dapat dilakukan secara vertikal maupun horisontal”. Secara
vertikal memperhatikan pengorganisasian bahan secara hirarkis antara bahan dari
kelas bawah sampai kelas atas agar dapat seimbang secara harmonis. Sedangkan
secara horizontal memperhatikan keterpaduan seluruh materi dalam keterkaitannya
antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata
pelajaran dikaitkan dengan geografi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya.
Bentuk pengorganisasian tersebut dapat dilaksanakan secara correlated atau
integrated. Pengorganisasian secara separated adalah pengorganisasian
yang sangat kuno tetapi masih
bertahan hingga sekarang, karena masih banyak keuntungannya disamping berbagai
kelemahan yang ada. Apakah hal ini, berarti yang kita gunakan kurikulum plin-plan?
Jenis Correlated
Curriculum
CORRELATED berasal dari
kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi yaitu
adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Sifat hubungan ada berbagai
macam. Ada yang bersifat timbal balik, sebab akibat, ada yang dihubungkan
dengan sengaja, tetapi ada juga hubungan yang secara kebetulan.
Dalam
pengorganisasian kurikulum secara separated dirasa banyak kelemahannya,
maka dicari pengorganisasian dengan cara lain yaitu dengan cara digabungkan
atau dikorelasikan dua atau lebih mata pelajaran yang pokok bahasannya atau sub
pokok bahasannya mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau permasalahan yang
sama. Pokok bahasan atau sub pokok bahasan dapat tuntas dan menyeluruh.
Korelasi bidang studi tersebut dapat terjadi sebagai berikut :
1.
Korelasi
antar pokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis.
2.
Korelasi
antar pokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis.
Korelasi antar pokok bahasan
dalam bidang studi
yang sejenis, misalnya :
a.
Dalam
bidang studi bahasa, meliputi berbagai mata pelajaran : Membaca, tata bahasa,
mengarang, bercerita dan sebagainya.
b.
Dalam
bidang studi ilmu pengetahuan alam, meliputi berbagai mata pelajaran: Pisika,
kimia, biologi dan sebagainya.
c.
Dalam
bidang studi ilmu sosial, meliputi berbagai mata pelajaran: Sejarah, ilmu bumi,
ekonomi, sosiologi dan sebagainya.
d.
Dalam
bidang studi matematika, meliputi berbagai mata pelajaran: Aljabar, ilmu
hitung, ilmu ukur dan sebagainya.
e.
Dalam
bidang studi keterampilan, meliputi berbagai mata pelajaran: Keterampilan batu,bambu,
listrik dan sebagainya.
f.
Dalam
bidang studi olah raga, meliputi berbagai mata pelajaran: Atletik, senam,
renang, tinju, panahan dan sebagainya.
Korelasi antar pokok bahasan di luar bidang studi
yang tidak sejenis, misalnya :
Pembahasan
pokok bahasan “Candi Borobudur”. Untuk membahas Candi Borobodor perlu
pembahasan mengenai :
1)
Letak
candi: dibahas oleh ilmu tanah, ilmu bumi.
2)
Letak
dan siapa yang mendirikan: dibahas oleh mata pelajaran sosiologi, antropologi,
sejarah.
3)
Pemilihan
batu untuk candi : dibahas oleh mata
palajaran ilmu alam.
4)
Bentuk
candi: dibahas oleh ilmu arsitek.
5)
Kedatangan
turis (luar/dalam negeri): dibahas oleh mata pelajaran ilmu pariwisata.
6)
Beli
souvenir: dibahas oleh mata pelajaran ilmu dagang dan sebagainya.
Korelasi atau
yang disebut fusi (perpaduan), bentuknya berupa broad fileds yang
berarti pembahasan sesuatu masalah dengan cara yang luas.
Tujuan pengajaran: - untuk
memecahkanmasalah secara bulat, utuh, dan luas. Bahan: - bahan dapat disusun secara fleksibel Sumber bahan
tidak terbatas, Penyusunan pokok bahasan tidak terpancang pada satu bidang
pengetahuan. Metode mengajar: pendekatannya student centered, CBSA dapat
terlaksana secara wajar, Tidak membosankan.
1.
Evaluasi
- yang dievaluasi tidak hanya evaluasi produk, tetapi juga evaluasi proses,
2. Guru: guru lebih
kreatif, inisiatif, dan tidak terpancang pada waktu, guru akan mempunyai
pengetahuan yang luas dan dalam,
secara team teaching tidak melelahkan.
3.Peserta didik:
peserta didik mempunyai pengetahuan yang praktis dan luas, sesuai dengan
minatnya, Peserta didik tidak hanya diasah otaknya saja, tetapi secara
keseluruhan.
Kelemahan Correlated Curriculum
Lihatlah
beberapa kelemahan berikut yang dapat kita ditinjau dari berbagai sudut :
1. Tujuan
pengajaran : kadang-kadang kabur karena
komplek,
2. Bahan : bahan
tidak sistematis, luas bahan tidak ditentukan batasannya, sumber bahan
tersebar.
3. Sarana/Prasarana:
kadang-kadang tidak tersedia dan mahal.
4.
Evaluasi:
ujian dilakukan secara lokal, dalam raport tidak menggambarkan peserta didik
itu pandai atau tidak, hanya dapat dilakukan secara konsekuen oleh sekolah
swasta.
5. Guru :guru
kurang bisa melaksanakan, karena di sekolah guru tidak dilatih correlates
curriculum pembagian tugas pada team teaching perlu penyesuaian, tidak
semua guru sanggup melaksanakan.
6.
Peserta
didik : kurang mempunyai pengetahuan yang
dalam, kurang mempunyai pengetahuan yang seimbang antar bidang studi, untuk
setiap bidang studi pengetahuan.
Pengelompokkan Mata Pelajaran
Berdasarkan Masalah Kehidupan
Berbagai
pendapat dari para ahli yang mengelompokkan mata pelajaran yang berbeda-beda. Herbert Spencer (1860) mengelompokkan mata pelajaran
berdasarkan masalah kehidupan, yaitu sebagai berikut :
1.
Kelompok
self preservation, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan diri.
2.
Kelompok securing necessities of life, yaitu
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan.
3.
Kelompok rearing and descriplining of spring, yaitu
hal-hal yang berhubungan dengan pemeliharaan keturunan.
4.
Kelompok the leasure part of life, yaitu
hal-hal yang berhubungan dengan waktu terluang.
Pengalaman
Belajar
Ada lagi yang
disebut experience curriculum yang bahannya berpusat pada pengalaman
peserta didik. Dengan demikian pengalaman belajar yang dilaksanakan di sekolah
sesuai dengan kodrat anak yang aktif. Kurikulum demikian disusun berupa
berbagai paket kegiatan peserta didik. Killpatrick
(1918) membagi kegiatan dalam (1) Proyek permainan, (2) Proyek darmawisata.
(3) Proyek cerita. (4) Proyek pekerjaan tangan.
Proyek
tersebut menurutnya sangat cocok untuk peserta didik di sekolah dasar, karena
sifatnya peserta didik tersebut aktif dan selalu ingin bergerak dengan cara
bermain. Anak seumur sekolah dasar selalu ingin tahu apa yang ada di luar
lingkungannya, yang dimulai dari lingkungan keluarga, tetangga dekat, kemudian
ke tetangga jauh sampai ke tempat-tempat “darmawisata”.
Anak sekolah dasar semua potensi kejiwaannya akan berkembang, termasuk
fantasinya yang dapat dilakukan dengan mata pelajaran bercerita atau dongeng.
Sedang untuk melatih psikomotoriknya anak hendaknya diberi berbagai “pekerjaan
tangan” yang sederhana. Dengan berbagai keaktifan tersebut anak belajar di
sekolah akan selalu gembira.
Pengelompokkan
Penyajian
Pengelompokkan
mata pelajaran yang sekedar hanya disajikan dalam satu wadah dan pada dasarnya
masih berdiri sendiri yang pernah ada pada berbagai kurikulum sekolah di
Indonesia tertera sebagai berikut :
Kurikulum SD sebelum tahun 1968 mengelompokkan
mata pelajaran seperti: (a)Kelompok mata pelajaran bahasa; (b) Kelompok mata pelajaran berhitung; (c) Kelompok mata pelajaran pengetahuan
masyarakat; (d) Kelompok mata
pelajaran science; (e) Kelompok mata pelajaran ekspresi; (f) Kelompok mata pelajaran kesehatan.
Bidang kelompok
mata pelajaran di SD tahun 1968 dapat dilihat: (a) Kelompok Pembina Jiwa Pancasila;
(b) Kelompok Pengetahuan Dasar. (Kecakapan khusus yang terdiri atas : Keprigelan
Agrarian; Keprigelan Teknik; Keprigelan Ketatalaksanaan)
Kurikulum
SMP dan SMA pada tahun 1963 mengelompokkan mata pelajaran sebagai berikut : Kelompok
dasar, Kelompok khusus, Kelompok penyerta, Prakarya, Krida
Kurikulum
SMA tahun 1974
mengelompokkan mata pelajaran sebagai berikut : Kelompok umum, Kelompok inti,
Kelompok pilihan. Selanjtnya Kurikulum
SMA 1975 mengelompokkan mata pelajaran menjadi sembilan bidang studi, yaitu
: Bidang studi bahasa, Bidang studi ilmu
pengetahuan alam, Bidang studi agama, Bidang studi kesenian, Bidang studi
keterampilan, Bidang studi olahraga, Bidang studi PMP.
Diperguruan
tinggi di Indonesia sekitar tahun 1954, ada
pengelompokkan mata kuliah sebagai berikut : Kelompok mata kuliah
stadium general, Kelompok mata kuliah testimonium, Kelompok mata kuliah
tentamen, Kelompok mata kuliah ujian.
Selanjutnya ada yang membagi kelompok
kuliah di berbagai perguruan tinggi sebagai berikut : Kelompok mata kuliah umum,
Kelompok mata kuliah dasar, Kelompok mata kuliah bantu dasar, Kelompok mata
kuliah jurusan, Kelompok mata kuliah praktek.
Lembaga
Tenaga Kependidikan (LPTK, 1980) di Indonesia, mengelompokkan mata
kuliah sebagai berikut: Kelompok Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), Kelompok Mata
Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK), Kelompok Mata Kuliah Biding Studi (MKBS) yang
terdiri atas mata kuliah mayor dan minor, Kelompok Mata Kuliah Proses Belajar
Mengajar (MKPBM), Kelompok Tesis/Skripsi.
Organisasi Correlated Curriculum
Jika boleh kita
simpulkan bahwa Organisasi Correlated
Curriculum merupakan suatu pengaturan atau penyusunan mata pelajaran dengan
cara menggabungkan dua atau lebih mata pelajaran baik yang ada dalam bidang
studi maupun yang ada di luar bidang studi. Karena sesuatu topik dibahas dari
berbagai mata pelajaran maka pelaksanaanya dilakukan secara team teching. Pengelompokkan
mata pelajaran tertentu yang sejenis dapat digabung menjadi satu yang kemudian
nama mata pelajarannya melebur bersatu menjadi bidang studi, misalnya: Mata
pelajaran sejarah, ilmu bumi, ekonomi, sosiologi melebur menjadi satu dan
bernama bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tetapi juga ada yang
menggabungkannya itu hanya sekedar berkumpul saja menjadi satu wadah, sedang
pada hakikatnya tiap mata pelajaran yang bersatu tersebut menunjukkan identitas
dirinya sendiri secara penuh, misalnya : Kelompok Mata Kuliah Dasar
Kependidikan (MKDK) yang terdiri atas mata pelajaran ilmu pendidikan, psikologi
pendidikan, bimbingan konseling, supervisi pendidikan dan sebagainya.
Pengelompokkan dapat berisikan berbagai bahan yang berhubungan dengan
kehidupan, yang disebut life curriculum.
Dapat pula berupa experience curriculum. Kalau pokok-pokok
bahasannya berhubungan dengan pengalaman anak. Pengelompokkan mata pelajaran di
sekolah dasar sampai perguruan tinggi ternyata berbeda-beda, sesuai dengan
pendapat para ahlinya pada situasi dan kondisi pada waktu itu. Pada dasarnya correlated
curriculum dalam kenyataanya masih dilaksanakan seperti separated
subject curriculum.
Jenis Integrated
Curriculum
SETELAH KITA membicarakan dua jenis
organisasi curriculum yaitu separated subject curriculum dan correlated
curriculum dengan berbagai untung ruginya, selanjutnya ada pemikiran yang
lain yaitu bahwa untuk membahas suatu masalah, sebaiknya dilibatkan semua
bidang studi yang mungkin secara wajar dapat saling membahas. Misalnya membahas
“pohon enau” ini semacam tema. Berbagai mata pelajaran yang mungkin
mempunyai andil untuk ikut memberi ulasan tentang pohon enau sebagai berikut :
a.
Memilih
tanah yang cocok untuk menanam, dibutuhkan pengetahuan ilmu tanah.
b.
Macam
pupuk yang cocok yang akan digunakan, dibutuhkan pengetahuan ilmu kimia.
c.
Sari
dari batang enau yang akan dijadikan bahan makanan, dibutuhkan ilmu gizi.
d.
Ijuk,
lidi, dan daun enau yang dapat dijadikan kerajinan tangan, dibutuhkan latihan
keterampilan.
e.
Jual
beli dari hasil pohon enau yang berupa sari dari batangnya, makanan yang dibuat
dari sarinya dan berbagai hasil dari kerajinan tangan dari lidi, ijuk, dan
daunnya, dibutuhkan pengetahuan perdagangan, transportasi, dan manajemen. dsb.
Ternyata
untuk membahas pohon enau akan melibatkan paling sedikit enam mata pelajaran
yang lebur menjadi satu, yang menyebabkan batas antara mata pelajaran menjadi
kabur. Pembahasan masalah yang demikian ini disebut pembahasan secara integral
atau menyeluruh yang menjadi sasaran integrated curriculum. Dengan
sendirinya pelaksanaan integrated curriculum akan lebih tepat kalau
dilaksanakan pada orang-orang dewasa. Kalau dalam separated subject
curriculum peserta didik mempelajari bahan pelajaran diajarkan secara
terpisah-pisah, sedangkan dalam correlated curriculum peserta didik
mempelajari bahan pelajaran yang lain, yang pada pelaksanaannya ternyata masih
juga mementingkan peran mata pelajaran yang bersangkutan. Sebagai bahan banding
pada integrated curriculum akan diberikan berbagai ciri yang sebagian
sama dengan ciri-ciri pada correlated curriculum.
Kalau
dilihat dari sudut bahan diantaranya tertera sebagai berikut: (a) Bahan disajikan secara menyeluruh; (b)Sumber bahan tidak hanya terbatas
pada buku sumber, bahkan mementingkan sumber dari pengalaman baik dari pihak
guru maupun dari pihak peserta didik; (c)
Bahan langsung berhubungan dengan masalah yang diperlukan oleh peserta didik di
masyarakat; (d) Bahan ditentukan
secara demokratis antara guru dengan peserta didiknya; (e) Bahan dapat diambil dari hal-hal yang dianggap aktual dan
memperhatikan situasi dan kondisi sekitar; dsb
Peran Guru dalam
Integrated Curriculum
Kalau
dilihat dari sudut guru, pelaksanannya diharapkan guru mampu sebagai :
1. Manajer, tugasnya yaitu
:
a.
Sebagai
organisator, guru hendaknya dapat membuat program yang direncanakan,
mengatur berbagai kegiatan antar peserta didik, mengatur bagaimana bahan disajikan,
mengatur berbagai tugas pada peserta didik.
b.
Sebagai
motivator, guru hendaknya mampu memberikan semangat belajar dan bekerja
pada peserta didiknya.
c.
Sebagai
koordinator, guru hendaknya mampu mengatur agar tugas yang diberikan
tidak tumpang tindih atau overlap antar kelompok.
d.
Sebagai
conductor, guru hendaknya mampu memberi pimpinan yang tegas sehingga
tidak membingungkan bagi yang melaksanakanya.
2. Administrator, tugasnya yaitu :
a.
Sebagai
dokumentator, guru hendaknya mencatat segala kegiatan yang dilaksanakan,
menyimpan secara sistematis semua file yang diperlukan.
3. Supervisor, tugasnya yaitu
:
a.
Sebagai
counselor, guru hendaknya dapat memberi
bimbingan dan arahan yang positif.
b.
Sebagai
korektor, guru hendaknya dapat menunjukkan tugas yang baik untuk
dilaksanakan dan mana tugas yang harus dihindari.
c.
Sebagai
evaluator, guru hendaknya dapat menilai baik buruk dari segi proses
maupun segi produk.
4. Instruktor, yang tugasnya
yaitu :
a.
Sebagai
fasilitator, guru hendaknya tidak menjadikan diri nomor satu di muka
kelas, dapat menimbulkan situasi yang kondusif sehingga peserta didik dapat
aktif dan inisiatif sendiri.
b.
Sebagai
moderator, hendaknya guru hanya sebagai perantara dalam hal untuk
memusatkan sesuatu yang akan diambil oleh peserta didik.
c.
Sebagai
komunikator, guru hendaknya mampu mengadakan hubungan yang harmonis baik
dengan pihak-pihak di dalam sekolah maupun pihak-pihak di luar sekolah dan
hal-hal yang berhubungan dengan tugas pembelajaran maupun tugas lain yang
relevan.
5. Inovator, tugasnya yaitu :
Sebagai
dinamisator, sekolah hendaknya sebagai laboratorium hidup bagi masyarakat
sekitar. Artinya penemuan-penemuan baru yang dipimpin oleh guru hendaknya dapat
disebarluaskan di luar lingkungan sekolah.
Peserta Didik dalam
Integrated Curriculum
Kalau dilihat
dari sudut peserta didik, dampaknya akan berupa sebagai berikut: Kalau dalam
melaksanakan integrated curriculum
ini, guru mau berfungsi seperti tersebut di atas maka peserta didik
diharapkan dalam belajar akan bersikap :
a.
Learn to know,yaitu belajar dengan menentukan
berbagai cara agar lebih mengetahui segala sesuatu, sehingga akan terjadi how
to learn yang berlangsung terus menerus.
b.
Learn to do, yaitu belajar untuk berbuat
sebagaimana mestinya, terutama dalam hal pemecahan berbagai masalah dalam
lapangan hidup yang berguna bagi dirinya sendiri.
c.
Learn to live together atau live
with other, yaitu belajar untuk menyesuaikan diri, adaptasi dengan sekitar
sehingga yang bersangkutan dapat bekerja sama dengan pihak lain dan bersifat
toleran.
d.
Learn to be, yaitu belajar yang dapat mengembangkan
segala aspek pribadinya, atau potensi yang melekat pada dirinya sehingga
menjadi manusia yang bulat dan utuh (the complete fulfillment of men).
Di
samping itu kalau pelaksanaannya dilaksanakan secara betul, akan mempunyai
dampak pula pada peserta didik diantaranya adalah :
a. Mendorong
peserta didik untuk lebih mandiri, percaya diri, kreatif, dan punya harga diri.
b. Karena dalam
kegiatan dituntut laporan baik lisan maupun tulisan akan berdampak pada
perkembangan pikir dan kemampuan berbahasa.
c. Menghargai
perbedaan individual.
d. Peserta didik
punya pengalaman yang luas dan fungsional.
Metode Yang
Digunakan
Kalau
dilihat dari sudut metode, menurut Barbara Mathews (1993) disarankan
menggunakan metode :
a. Inguiry learning
Karena peserta
didik dihadapkan dengan suatu masalah yang harus dicari jawabanya sendiri, maka
kegiatan diskusi tanya jawab, pengumpulan data yang kemudian diadakan analisis
bersama untuk mencari jawabannya.
b. Problem sulving
Sesuai dengan
pelaksanaan metode inguiry tentu mencari berbagai penyebab terjadinya
permasalahan, kemudian didiagnosa baru dicari cara pemecahannya.
c. Investigating
Untuk memecahkan
masalah yang dihadapi, perlu adanya suatu penelitian yang cermat mengenai
berbagai komponen atau aspek yang tidak beres. Mengapa sampai terjadi demikian.
Dibicarakan bersama dengan berbagai alternatif tindakan dan saling mengkaji
kemudian diadakan chek and recheck yanh akan ditemukan suatu pemcahanya.
d. Brain Storming
Sejenis
pertemuan informal yang dimulai dari berbagai pernyataan pedapat dari para
peserta peretemuan. Semua pendapat di tampung dan tidak perlu diberi komentar.
Setelah semua pendapat masuk, kemudian diadakan klasifikasi pendapat yang perlu
mendapat tanggapan, dan mana pendapat yang disingkirkan, karena tidak relevan
dengan permasalahan yang sedang dibahas.
e. Cooperating
lerning
Berbagai masalah
yang timbul dipicahkan secara tim dan dibahas secara demokrasi. Tim terdiri
dari para anggota yang seminat dan sekeahlian.
Kalau dilihat
dari evaluasi, diantaranya yaitu : yang dievaluasi adalah mengenai berbagai
kelemahan atau kekurangan baik dalam prosesnya maupun hasil nyatanya
(produknya); Bagaimana kefektifan pencapaian hasil?; Penilaian dalam kelas,
yang dinilai mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kerja sama, sifat toleran
anggotanya; Penilaian dalam kelompok, yang dinilai dalam hal mutu laporan
tertulis atau lisan, dapat tidaknya anggota bekerja sama dalam kelompok; Penilaian
kerja sama antar grup dan hasil nyata dari grup; Penilaian individual atas
dasar pengamatan guru dalam hal
kekreatifannya, toleransinya, sumbangan terhadap proses maupun
produknya; Hasil nyata kelas dipamerkan untuk umum kalau perlu disebarluaskan
ke masyarakat.
Berbagai
kesulitan dalam pelaksanaan integrated curriculum diantaranya adalah: guru
kurang siap untuk melaksanakan integrated curriculum; Selama ujian
(terutama ujian Negara) masih dilaksanakan dengan cara subject matter,
integrated curriculum tidak mungkin dilaksanakan; Di sekolah negeri harus
mengikuti berbagai peraturan yang seragam terutama pada kurikulumnya; Kadang-kadang
terhambat karena terbatasnya sarana prasarana yang diperlukannya, misalnya:
laboratorium, kebun percobaan, dan berbagai peralatan yang lain yang
dibutuhkan; Pelaksanaan mengajar secara tim masih belum bisa.
Integrated
curriculum dilaksanakan
dalam bentuk unit yang merupakan satu kesatuan atau satu kebulatan. Pelaksanaan
pengajaran secara unit ini disebut metode proyek.
A. Fase-Fase
Pelaksanaan Pelajaran Unit
Ada tiga tahap pelaksanaan unit, yaitu :
1.
Tahap
persiapan
2.
Tahap
pelaksanaan
3.
Tahap
akhir
Secara
singkat pelaksanaan tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
(Engkoswara dkk, 1972 ?) :
Tahap
Persiapan.
Guru dan peserta didik bermusyawarah untuk menentukan
suatu topik pembahasan, dengan kriteria sebagai berikut : Sesuai dengan minat,
kemampuan, dan latar belakang masalah; Masalah tersebut dipertimbangkan layak
untuk dibahas; Berbagai sumber pendukung
tersedia; Waktu, situasi dan kondisi memungkinkan. Bahan yang telah ditentukan
dibuat program-program untuk diselesaikan. Tiap-tiap program dibuatkan lembar
pedoman petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Peserta didik dikelompokkan
sebanyak program yang ada. Di susun kepengurusan kecil dengan pengawasan dari
pihak guru , agar dalam melaksanakan tugas ada koordinasi. Oleh karena perlu
adanya seorang ketua, sekertaris, dan kalau perlu dibentuk berbagai seksi yang
relevan. Kelompok membagi tugas secara individu.
Tahap
Pelaksanaan. Tiap-tiap
kelompok ditentukan tempat kerja masing-masing secara penggunaan sarana dan
prasarana yang diperlukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Guru
mengadakan koordinasi antara kelompok. Tiap kelompok/individu bekerja sesuai
dengan tugas yang diberikan. Tiap kelompok mengumpulkan berbagai masalah yang
ditemukan, kalau perlu dikonsultasikan kepada guru atau nara sumber yang
relevan. Peserta didik berdiskusi dan bermusyawarah untuk menyimpulkan
pemecahan masalah yang dihadapi. Tiap-tiap kelompok membuat laporan tertulis. Tiap-tiap
kelompok menyerahkan laporan tersebut dan dipresentasikan. Dibentuk tim perumus
untuk menyimpulkan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan yang efisien. Kemudian
dipraktekkan di lapangan. Guru memonitor kelemahan dan dicari cara
pemecahannya. Hasil berbagai kelemahan dan dicari cara pemecahannya. Hasil
konkretnya dilaporkan. Hasil dipamerkan kalau perlu dimasyarakatkan.
Tahap
Akhir Penelitian. Pada tahap ini
hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam proses penelitian proposal: Proses dari langkah
persiapan hingga langkah terakhir terus dimonitor; Seberapa jauh keefektifan
pelaksanaan, terutama dalam penggunaan sarana/prasarana, tenaga, waktu, dan
biaya yang dikeluarkan; Hasil laporan tertulis; Pelaksanaan diskusi musyawarah
dan sebagainya; Berbagai kegiatan kelompok dan individual; Adakah perubahan
dari peserta didik untuk lebih meningkat; Kuantitas dan kualitas produk yang
dihasilkan; Seberapa jauh penguasaan bahan pelajaran terhadap pelaksanaan
pelajaran unit tersebut? Bagaimana kesan orang tua dan masyarakat terhadap
pelaksanaan pelajaran unit tersebut?
Integrated curriculum adalah kurikulum
yang pelaksanaannya disusun secara menyeluruh untuk membahas suatu pokok
masalah tertentu. Pembahasan tersebut dapat dengan cara menggunakan berbagai
mata pelajaran yang relevan dalam satu bidang studi atau antar bidang studi.
Topik pembahasan ditentukan secara demokratis antara peserta didik dengan guru.
Metode yang digunakan dengan pendekatan student centered, problem solving,
dan CBSA. Kalau integrated curriculum dapat dilakukan dengan baik,
harapan dari hasil belajar akan mengakibatkan yang bersangkutan dapat tertanam
: learn to know, learn to do learn to be, dan learn to leve together.
Kesulitan utama dalam pelaksanaan integrated
curriculum karena di lembaga pendidikan guru, sebelum yang bersangkutan menjadi
guru tidak pernah dilatih atau disiapkan untuk melaksanakan kurikulum tersebut.
Dengan digalakkannya kurikulum muatan lokal sebetulnya guru telah melakukan integrated
curriculum.
0 komentar:
Posting Komentar