SELAMAT DATANG DI BLOG RUMAH INSAN BELAJAR || BAGI YANG INGIN MEMPUBLIKASI ULANG MENGENAI ISI DARI BLOG INI HARAP CANTUMKAN LINK SUMBER DAN PENULIS. TRIM'S

9 Organisasi Kurikulum

Jumat, 29 Agustus 2014 |



9
Organisasi  Kurikulum



ADA TIGA pengorganisasian pokok kurikulum, yang isinya mengupas bagaimana bentuk bidang studi harus disajikan di depan kelas yang konsekuensinya akan diikuti oleh tindakan bagaimana cara memilih bahan ajar dan cara menyajikan serta cara mengevaluasinya.

Tiga pengorganisasian pokok kurikulum tersebut adalah:
1.    Separated subject curriculum, kalau bidang studi secara terpisah diajarkan dengan pembatasan bahan serta waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu. Misalnya mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, masing-masing diajar oleh guru dengan jadwal yang telah ditetapkan.
2.    Correlated curriculum, kalau berbagai bidang studi yang sejenis dikelompokkan untuk membahas sesuatu topik yang relevan. Misalnya kelompok mata pelajaran biologi, fisika, kimia dijadikan suatu kelompok yaitu kelompok bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
3.    Intergrated curriculum, kalau suatu topik atau permasalahan dibahas dengan berbagai pokok bahasan baik dari bidang studi yang sejenis maupun dari bidang studi yang relevan.
Masing-masing organisasi mempunyai untung dan rugi yang berbeda-beda. Sebetulnya dalam praktek pengajaran di depan kelas tiga organisasi itu telah dilaksanakan, tetapi tidak secara murni.
Sebagai contoh mari kita amati susunan mata pelajaran dalam kurikulum sekolah dasar, tertera sebagai berikut:
a. Bidang studi matematika      : Separate
b. Bidang studi IPA                  : Correlated
c. Bidang studi IPS                   : Correlated
d. Muatan lokal                         : Intergrated

        Pengorganisasian separated subject curriculum telah dilaksanakan sejak lama hingga sekarang masih banyak dipertahankan mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Mari kita bahas ciri-ciri organisasi separated subject curriculum dilihat dari berbagai segi, yaitu : tujuan, sumber bahan, sudut metode mengajar, guru, dan peserta didik.                                                                                   
1.    Separated Subject Curriculum
Pengorganisasian separated subject curriculum telah dilaksanakan sejak lama hingga sekarang masih banyak dipertahankan mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Setiap mata pelajaran disusun secara terpisah satu sama lain dengan waktu yang dibatasi dan dipegang oleh guru baik oleh bidang studi maupun oleh guru kelas.
Pada zaman Romawi ada mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik yang terdapat dalam The Seven Liberal Arts yang terbagi menjadi dua kelompok, yang masing-masing kelompok berisikan tiga dan empat mata pelajaranyang diajarkan secara terpisah yaitu kelompok Trivum yang berisikan tiga mata pelajaran , gramatik, retorika dan logika. Kelompok yang lain adalah kelompok Quadrium yang berisikan empat mata pelajaran yaitu; aritmatika, geometri, astronomi, dan musik.
Kemudian tiap-tiap mata pelajaran tersebut berkembang menjadi anak cabang ilmu pengetahuan induknya dan berdiri sendiri atau bahkan menjadi prerequisite (prasyarat) untuk mata pelajaran yang berkembang berikutnya. Contoh mata pelajaran prerequisite dalam mata pelajaran yang berkembang berikutnya dapat mempelajari writing (menulis), terlebih dahulu harus paham structure (tata bahasa), vocab (kosa kata) dan reading (membaca). Vocab adalah prerequisite (prasyarat) dari reading, structure adalah prasyarat writing. Contoh lain, ilmu pendidikan berkembang menjadi pendidikan historis, pendidikan nasional, pendidikan sosial dan seterusnya. Bidang psikologi berkembang dari psikologi umum beranak cabang menjadi psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi kepribadian, psikologi dalam dan sebagainya.
Ciri-ciri Organisasi
Separated Subject Curriculum
Ciri-cirinya dilihat dari berbagai segi akan tertera sebagai berikut:
1.    Dilihat dari segi tujuan
Keuntungannya dapat mencapai pengetahuan secara mendalam. Dapat menstandarkan pengetahuan peserta didik yang terbesar dibanyak tempat. Dapat menyeragamkan fasilitas yang disediakan.
Kekurangannya :Pengetahuan yang didapat kurang. Sarana pendidikan jadi kaku. Kurikulumm kurang fleksibel.
2.    Dilihat dari sumber bahan.
Keuntungannya: Disediakan dari pusat. Luas bahan terbatas. GBPP dari pusat. Bahan mudah diatur secara sistematis. Kekurangannya: Buku acuan kurang diperhatikan.Bahan disusun urutannya oleh penulis buku, kadang-kadang kurang bersifat psikologis.
3.    Dilihat dari sudut metode mengajar.
Keuntungannya: Bentuk pengajaran secara progresif linier. Tidak banyak menggunakan metode yang bervariasi. Kekurangannya: metode yang digunakan bersifat teacher centered. Banyak metode yang dilakukan bersifat tradisional. Metode dril, ceramah, dan hafalan kurang dapat membentuk perkembangan pribadi. Kegiatan belajar bersifat ekspositorik.
4.  Dilihat dari segi guru.
Keuntungannya :Persiapan bahan relatif mudah. Bahan sudah siap pakai. Tidak perlu mengadakan bahan banding. Kekurangannya: Kurang kreatif. Kalau ketinggalan buku, guru tidak dapat mengajar. Dibatasi waktu penyampaiannya. Tunduk pada aturan yang dibuat, artinya tidak boleh menyimpang dari kurikulum.
5.    Dilihat dari peserta didik.
Keuntungannya : Beban tugas tidak terlalu banyak. Dapat belajar secara sistematis. Kekurangannya : Tidak membedakan perbedaan individual. Anak dianggap tong kosong yang akan ada kotak-kotak ilmu pengetahuan yang perlu diisi. Tidak berinisiatif. CBSA tidak berlaku.
Dalam organisasi separated subject curriculum, yang memisah-misahkan mata pelajaran sedemikian rupa, sehingga setiap mata pelajaran dapat berkembang menjadi berbagai anak cabang ilmu pengetahuan, anak cabang ilmu pengetahuan berkembang menjadi cucu cabang dan seterusnya yang pada akhirnya peserta didik tidak mampu lagi mempelajari semuanya. Untuk mengatasi hal yang sedemikian maka berbagai mata pelajaran yang sejenis dikelompokkan menjadi satu sehingga terjadilah kelompok-kelompok mata pelajaran yang berorientasi pada kemampuan berbahasa,ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu eksakta yang masing-masing kelompok tersebut berkembang lebih lanjut menjadi bidang-bidang penetahuan yang lebih rinci lagi.
Untuk penyusunan kurikulum selanjutnya para penyusun membagi-bagi berbagai mata kelompok mata pelajaran tersebut menjadi bagian-bagian/jurusan-jurusan, program-program, sedang peserta didik dipersilahkan untuk memilih bagian-bagian/jurusan-jurusan/program-program yang sesuai dengan minatnya. Sungguhpun demikian penyelenggaraan dan pelaksanaan mata pelajaran masih tetap terpisah-pisah sesuai dengan organisasi separated subject curriculum.

Evaluasi dalam “OSSC”
(Organisasi Separated Subject Curriculum)
Mari kita cermati kasus berikut sama-sama!
Si A mendapat nilai matematika = 10, menggambar dapat nilai = 6, jumlah nilai = 16, rata-rata nilai = 16 : 2 = 8. 
Si B mendapat nilai matematiak = 6, menggambar dapat nilai = 10, jumlah nilai = 16, rata-rata nilai = 16 : 2 = 8.
Dengan demikian kepandaian A = B. Setujukah ?
Berikan ilustrasi yang logis untuk mendukung pendapat Anda!
Dulu Indonesia pernah memiliki kurikulum sekolah yang disusun dari pusat. Kurikulum tersebut memiliki bahan dan evaluasi yang diatur oleh pusat. Kurikulum Nasional demikian kita mengenalnya. Evaluasi diadakan secara serentak untuk sekolah di lingkungannya Dinas Depdiknas dengan cara EBTANAS. Sedang kurikulum yang bahan dan cara mengajarnya diatur oleh Dinas Depdiknas setempat disebut kurikulum muatan lokal, evaluasinya dilakukan secara EBTA.
Oleh para ahli, ada kelemahan dalam evaluasi belajar pada separated subject curriculum yang dilakukan hingga sekarang yakni, cara menjumlah skor mata pelajaran menjadi satu, yang kemudian jumlah tersebut diberi nama hasil prestasi belajar. Ada yang mempertanyakan bahwa apakah penjumlahan skor untuk berbagai mata pelajaran tersebut dapat dipertanggungjawabkan? Karena bobot untuk setiap mata pelajaran yang berdiri sendiri itu berbeda-beda. Ambil contoh:
a.     Si A mendapat nilai Matematika = 10, Menggambar dapat nilai = 4, Jumlah nilai = 14, rata-rata nilai = 14 : 2 = 7
b.    Si B mendapat nilai Matematika = 4, Menggambar dapat nilai = 10, Jumlah nilai = 14, rata-rata nilai = 14 : 2 = 7
Dengan demikian kepandaian A sama dengan kepandaian B. Setujukah ?
        Dalam separated subject curriculum yang tiap-tiap mata pelajaran berdiri sendiri tidaklah tepat untuk menjumlah skor mata pelajaran Matematika + IPS +IPA + Bahasa + berbagai mata pelajaran yang lain seperti yang tercantum pada ijazah-ijazah SD, SMP, dan SMA seperti sekarang ini.
        Sering mengemuka asumsi bahwa penjumlahan yang demikian dapat diibaratkan orang menjumlah 3 butir berlian + 4 butir intan + 2 butir zamrud + 10 butir batu akik = 19 butir permata. Setujukah Anda ? Tidak ! Mengapa ? Karena walaupun semua berupa permata tetapi jenis dan mutunya belum tentu sama.
        Penilaian di perguruan tinggi, untuk menghindari nilai rata-rata dan bobot nilai yang terdiri dari penjumlahan, dilakukan dengan cara mencari Indek Prestasi, rumusnya sebagai berikut :

Di mana : IP = Indeks Prestasi
                  N = nilai
                j = jam (SKS)
Contoh :
Nama
Mata pelajaran
Jumlah jam
Nilai
A
Matematika
Menggambar
6
2
10
4
B
Matematika
Menggambar
6
2
4
10

IP.A =  = = 8,5
IP.B =  = = 5,5
        Walaupun jumlah nilai rata-rata A = B, tetapi menurut perhitungan dengan rumus IP, ternyata A lebih pandai.

Perspektif Masyarakat terhadap “OSSC”
(Organisasi Separated Subject Curriculum)
JIKA KITA mencermati bahwa bahan yang tertuang dalam separated subject curriculum jarang memperhatikan masalah kehidupan masyarakat. Hampir semua bahan dititik beratkan pada masalah teori dan mengikuti apa yang menjadi pemikiran penulis buku. Peserta didik diminta tekun mendengar kemudian mencatat, bahkan guru memerintahkan supaya bahan tersebut dipelajari selanjutnya dihafal. Guru lalu membuat berbagai pertanyaan atau mengajukan berbagai problem sesuai apa yang dipelajari peserta didik. Kalau peserta didik dapat menjawab sesuai dengan yang diajarkan maka peserta didik mendapat predikat anak yang pandai. Namun kenyataan dimasyarakat berbagai problemnya tidak terduga sebelumnya seperti yang ada di kelas. Problem banyak yang datang tanpa direncana dan datang seketika dan harus dipecahkan seketika pula.
        Berhasil meraih peringkat tertinggi di sekolah, bukan jaminan mampu mencapai posisi terbaik di masyarakat. Sebaliknya tidak berhasil di sekolah bukan akhir segalanya di masyarakat. Tidak sedikit konglomerat dan pemimpin-pemimpin kaliber dunia yang tidak berpendidikan dari perguruan tinggi, tetapi ia digodog di sekolah masyarakat dapat berhasil dibidangnya bahkan memimpin dengan sukses.
Pada akhirnya dapat kita tarik kesimpulan bahwa “Pengorganisasian kurikulum dapat dilakukan secara vertikal maupun horisontal”. Secara vertikal memperhatikan pengorganisasian bahan secara hirarkis antara bahan dari kelas bawah sampai kelas atas agar dapat seimbang secara harmonis. Sedangkan secara horizontal memperhatikan keterpaduan seluruh materi dalam keterkaitannya antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran dikaitkan dengan geografi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya. Bentuk pengorganisasian tersebut dapat dilaksanakan secara correlated atau integrated. Pengorganisasian secara separated adalah pengorganisasian yang sangat kuno tetapi masih bertahan hingga sekarang, karena masih banyak keuntungannya disamping berbagai kelemahan yang ada. Apakah hal ini, berarti yang kita gunakan kurikulum plin-plan?

Jenis Correlated Curriculum
CORRELATED berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Sifat hubungan ada berbagai macam. Ada yang bersifat timbal balik, sebab akibat, ada yang dihubungkan dengan sengaja, tetapi ada juga hubungan yang secara kebetulan.
Dalam pengorganisasian kurikulum secara separated dirasa banyak kelemahannya, maka dicari pengorganisasian dengan cara lain yaitu dengan cara digabungkan atau dikorelasikan dua atau lebih mata pelajaran yang pokok bahasannya atau sub pokok bahasannya mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau permasalahan yang sama. Pokok bahasan atau sub pokok bahasan dapat tuntas dan menyeluruh. Korelasi bidang studi tersebut dapat terjadi sebagai berikut :
1.    Korelasi antar pokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis.
2.    Korelasi antar pokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis.
Korelasi antar pokok bahasan dalam  bidang  studi  yang sejenis, misalnya :
a.     Dalam bidang studi bahasa, meliputi berbagai mata pelajaran : Membaca, tata bahasa, mengarang, bercerita dan sebagainya.
b.    Dalam bidang studi ilmu pengetahuan alam, meliputi berbagai mata pelajaran: Pisika, kimia, biologi dan sebagainya.
c.     Dalam bidang studi ilmu sosial, meliputi berbagai mata pelajaran: Sejarah, ilmu bumi, ekonomi, sosiologi dan sebagainya.
d.    Dalam bidang studi matematika, meliputi berbagai mata pelajaran: Aljabar, ilmu hitung, ilmu ukur dan sebagainya.
e.     Dalam bidang studi keterampilan, meliputi berbagai mata pelajaran: Keterampilan batu,bambu, listrik dan sebagainya.
f.      Dalam bidang studi olah raga, meliputi berbagai mata pelajaran: Atletik, senam, renang, tinju, panahan dan sebagainya.
Korelasi antar pokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis, misalnya :
Pembahasan pokok bahasan “Candi Borobudur”. Untuk membahas Candi Borobodor perlu pembahasan mengenai :
1)   Letak candi: dibahas oleh ilmu tanah, ilmu bumi.
2)   Letak dan siapa yang mendirikan: dibahas oleh mata pelajaran sosiologi, antropologi, sejarah.
3)   Pemilihan batu untuk candi : dibahas oleh mata palajaran  ilmu alam.       
4)   Bentuk candi: dibahas oleh ilmu arsitek.
5)   Kedatangan turis (luar/dalam negeri): dibahas oleh mata pelajaran  ilmu pariwisata.
6)   Beli souvenir: dibahas oleh mata pelajaran ilmu dagang dan sebagainya.
Korelasi atau yang disebut fusi (perpaduan), bentuknya berupa broad fileds yang berarti pembahasan sesuatu masalah dengan cara yang luas.
Tujuan pengajaran: - untuk memecahkanmasalah secara bulat, utuh, dan luas.      Bahan: - bahan dapat disusun secara fleksibel Sumber bahan tidak terbatas, Penyusunan pokok bahasan tidak terpancang pada satu bidang pengetahuan. Metode mengajar: pendekatannya student centered, CBSA dapat terlaksana secara wajar, Tidak membosankan.
1.    Evaluasi - yang dievaluasi tidak hanya evaluasi produk, tetapi   juga evaluasi proses,
2.  Guru: guru lebih kreatif, inisiatif, dan tidak terpancang pada waktu, guru akan mempunyai pengetahuan yang luas dan      dalam, secara team teaching tidak melelahkan.
3.Peserta didik: peserta didik mempunyai pengetahuan yang praktis dan luas, sesuai dengan minatnya, Peserta didik tidak hanya diasah otaknya saja, tetapi secara keseluruhan.

Kelemahan Correlated Curriculum
Lihatlah beberapa kelemahan berikut yang dapat kita ditinjau dari berbagai sudut :
1.    Tujuan pengajaran  : kadang-kadang kabur karena komplek,
2.    Bahan : bahan tidak sistematis, luas bahan tidak ditentukan batasannya, sumber bahan tersebar.
3.    Sarana/Prasarana: kadang-kadang tidak tersedia dan mahal.
4.    Evaluasi: ujian dilakukan secara lokal, dalam raport tidak menggambarkan peserta didik itu pandai atau tidak, hanya dapat dilakukan secara konsekuen oleh sekolah swasta.
5.    Guru :guru kurang bisa melaksanakan, karena di sekolah guru tidak dilatih correlates curriculum pembagian tugas pada team teaching perlu penyesuaian, tidak semua guru sanggup melaksanakan.
6.    Peserta didik  : kurang mempunyai pengetahuan yang dalam, kurang mempunyai pengetahuan yang seimbang antar bidang studi, untuk setiap bidang studi pengetahuan.
Pengelompokkan Mata Pelajaran
Berdasarkan Masalah Kehidupan
Berbagai pendapat dari para ahli yang mengelompokkan mata pelajaran yang berbeda-beda. Herbert Spencer (1860) mengelompokkan mata pelajaran berdasarkan masalah kehidupan, yaitu sebagai berikut :
1.    Kelompok self preservation, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan diri.
2.    Kelompok securing necessities of life, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan.
3.    Kelompok rearing and descriplining of spring, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pemeliharaan keturunan.
4.    Kelompok the leasure part of life, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan waktu terluang.
Pengalaman Belajar
Ada lagi yang disebut experience curriculum yang bahannya berpusat pada pengalaman peserta didik. Dengan demikian pengalaman belajar yang dilaksanakan di sekolah sesuai dengan kodrat anak yang aktif. Kurikulum demikian disusun berupa berbagai paket kegiatan peserta didik. Killpatrick (1918) membagi kegiatan dalam (1) Proyek permainan, (2) Proyek darmawisata. (3) Proyek cerita. (4) Proyek pekerjaan tangan.
Proyek tersebut menurutnya sangat cocok untuk peserta didik di sekolah dasar, karena sifatnya peserta didik tersebut aktif dan selalu ingin bergerak dengan cara bermain. Anak seumur sekolah dasar selalu ingin tahu apa yang ada di luar lingkungannya, yang dimulai dari lingkungan keluarga, tetangga dekat, kemudian ke tetangga jauh sampai ke tempat-tempat “darmawisata”. Anak sekolah dasar semua potensi kejiwaannya akan berkembang, termasuk fantasinya yang dapat dilakukan dengan mata pelajaran bercerita atau dongeng. Sedang untuk melatih psikomotoriknya anak hendaknya diberi berbagai “pekerjaan tangan” yang sederhana. Dengan berbagai keaktifan tersebut anak belajar di sekolah akan selalu gembira.

Pengelompokkan Penyajian
Pengelompokkan mata pelajaran yang sekedar hanya disajikan dalam satu wadah dan pada dasarnya masih berdiri sendiri yang pernah ada pada berbagai kurikulum sekolah di Indonesia tertera sebagai berikut :
Kurikulum SD sebelum tahun 1968 mengelompokkan mata pelajaran seperti: (a)Kelompok mata pelajaran bahasa; (b) Kelompok mata pelajaran berhitung; (c) Kelompok mata pelajaran pengetahuan masyarakat; (d) Kelompok mata pelajaran science; (e) Kelompok mata pelajaran ekspresi; (f) Kelompok mata pelajaran kesehatan.
Bidang kelompok mata pelajaran di SD tahun 1968 dapat dilihat: (a) Kelompok Pembina Jiwa Pancasila; (b) Kelompok Pengetahuan Dasar. (Kecakapan khusus yang terdiri atas : Keprigelan Agrarian; Keprigelan Teknik; Keprigelan Ketatalaksanaan)
Kurikulum SMP dan SMA pada tahun 1963 mengelompokkan mata pelajaran sebagai berikut : Kelompok dasar, Kelompok khusus, Kelompok penyerta, Prakarya, Krida
Kurikulum SMA tahun 1974 mengelompokkan mata pelajaran sebagai berikut : Kelompok umum, Kelompok inti, Kelompok pilihan. Selanjtnya Kurikulum SMA 1975 mengelompokkan mata pelajaran menjadi sembilan bidang studi, yaitu : Bidang studi bahasa, Bidang studi ilmu pengetahuan alam, Bidang studi agama, Bidang studi kesenian, Bidang studi keterampilan, Bidang studi olahraga, Bidang studi PMP.
Diperguruan tinggi di Indonesia sekitar  tahun 1954, ada pengelompokkan mata   kuliah sebagai berikut : Kelompok mata kuliah stadium general, Kelompok mata kuliah testimonium, Kelompok mata kuliah tentamen, Kelompok mata kuliah ujian.
Selanjutnya ada yang membagi kelompok kuliah di berbagai perguruan tinggi sebagai berikut : Kelompok mata kuliah umum, Kelompok mata kuliah dasar, Kelompok mata kuliah bantu dasar, Kelompok mata kuliah jurusan, Kelompok mata kuliah praktek.
Lembaga Tenaga Kependidikan (LPTK, 1980) di Indonesia, mengelompokkan mata kuliah sebagai berikut: Kelompok Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), Kelompok Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK), Kelompok Mata Kuliah Biding Studi (MKBS) yang terdiri atas mata kuliah mayor dan minor, Kelompok Mata Kuliah Proses Belajar Mengajar (MKPBM), Kelompok Tesis/Skripsi.

Organisasi Correlated Curriculum
Jika boleh kita simpulkan bahwa Organisasi Correlated Curriculum merupakan suatu pengaturan atau penyusunan mata pelajaran dengan cara menggabungkan dua atau lebih mata pelajaran baik yang ada dalam bidang studi maupun yang ada di luar bidang studi. Karena sesuatu topik dibahas dari berbagai mata pelajaran maka pelaksanaanya dilakukan secara team teching. Pengelompokkan mata pelajaran tertentu yang sejenis dapat digabung menjadi satu yang kemudian nama mata pelajarannya melebur bersatu menjadi bidang studi, misalnya: Mata pelajaran sejarah, ilmu bumi, ekonomi, sosiologi melebur menjadi satu dan bernama bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tetapi juga ada yang menggabungkannya itu hanya sekedar berkumpul saja menjadi satu wadah, sedang pada hakikatnya tiap mata pelajaran yang bersatu tersebut menunjukkan identitas dirinya sendiri secara penuh, misalnya : Kelompok Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK) yang terdiri atas mata pelajaran ilmu pendidikan, psikologi pendidikan, bimbingan konseling, supervisi pendidikan dan sebagainya. Pengelompokkan dapat berisikan berbagai bahan yang berhubungan dengan kehidupan, yang disebut life curriculum.  Dapat pula berupa experience curriculum. Kalau pokok-pokok bahasannya berhubungan dengan pengalaman anak. Pengelompokkan mata pelajaran di sekolah dasar sampai perguruan tinggi ternyata berbeda-beda, sesuai dengan pendapat para ahlinya pada situasi dan kondisi pada waktu itu. Pada dasarnya correlated curriculum dalam kenyataanya masih dilaksanakan seperti separated subject curriculum.

Jenis Integrated Curriculum
SETELAH KITA membicarakan dua jenis organisasi curriculum yaitu separated subject curriculum dan correlated curriculum dengan berbagai untung ruginya, selanjutnya ada pemikiran yang lain yaitu bahwa untuk membahas suatu masalah, sebaiknya dilibatkan semua bidang studi yang mungkin secara wajar dapat saling membahas. Misalnya membahas “pohon enau” ini semacam  tema. Berbagai mata pelajaran yang mungkin mempunyai andil untuk ikut memberi ulasan tentang pohon enau sebagai berikut :
a.     Memilih tanah yang cocok untuk menanam, dibutuhkan pengetahuan ilmu tanah.
b.    Macam pupuk yang cocok yang akan digunakan, dibutuhkan pengetahuan ilmu kimia.
c.     Sari dari batang enau yang akan dijadikan bahan makanan, dibutuhkan ilmu gizi.
d.    Ijuk, lidi, dan daun enau yang dapat dijadikan kerajinan tangan, dibutuhkan latihan keterampilan.
e.     Jual beli dari hasil pohon enau yang berupa sari dari batangnya, makanan yang dibuat dari sarinya dan berbagai hasil dari kerajinan tangan dari lidi, ijuk, dan daunnya, dibutuhkan pengetahuan perdagangan, transportasi, dan manajemen. dsb.
Ternyata untuk membahas pohon enau akan melibatkan paling sedikit enam mata pelajaran yang lebur menjadi satu, yang menyebabkan batas antara mata pelajaran menjadi kabur. Pembahasan masalah yang demikian ini disebut pembahasan secara integral atau menyeluruh yang menjadi sasaran integrated curriculum. Dengan sendirinya pelaksanaan integrated curriculum akan lebih tepat kalau dilaksanakan pada orang-orang dewasa. Kalau dalam separated subject curriculum peserta didik mempelajari bahan pelajaran diajarkan secara terpisah-pisah, sedangkan dalam correlated curriculum peserta didik mempelajari bahan pelajaran yang lain, yang pada pelaksanaannya ternyata masih juga mementingkan peran mata pelajaran yang bersangkutan. Sebagai bahan banding pada integrated curriculum akan diberikan berbagai ciri yang sebagian sama dengan ciri-ciri pada correlated curriculum.
Kalau dilihat dari sudut bahan diantaranya tertera sebagai berikut: (a) Bahan disajikan secara menyeluruh; (b)Sumber bahan tidak hanya terbatas pada buku sumber, bahkan mementingkan sumber dari pengalaman baik dari pihak guru maupun dari pihak peserta didik; (c) Bahan langsung berhubungan dengan masalah yang diperlukan oleh peserta didik di masyarakat; (d) Bahan ditentukan secara demokratis antara guru dengan peserta didiknya; (e) Bahan dapat diambil dari hal-hal yang dianggap aktual dan memperhatikan situasi dan kondisi sekitar; dsb

Peran Guru dalam
Integrated Curriculum
Kalau dilihat dari sudut guru, pelaksanannya diharapkan guru mampu sebagai :
1.    Manajer, tugasnya yaitu :
a.     Sebagai organisator, guru hendaknya dapat membuat program yang direncanakan, mengatur berbagai kegiatan antar peserta didik, mengatur bagaimana bahan disajikan, mengatur berbagai tugas pada peserta didik.
b.    Sebagai motivator, guru hendaknya mampu memberikan semangat belajar dan bekerja pada peserta didiknya.
c.     Sebagai koordinator, guru hendaknya mampu mengatur agar tugas yang diberikan tidak tumpang tindih atau overlap antar kelompok.
d.    Sebagai conductor, guru hendaknya mampu memberi pimpinan yang tegas sehingga tidak membingungkan bagi yang melaksanakanya.
2.    Administrator, tugasnya yaitu :
a.     Sebagai dokumentator, guru hendaknya mencatat segala kegiatan yang dilaksanakan, menyimpan secara sistematis semua file yang diperlukan.
3.    Supervisor, tugasnya yaitu :
a.     Sebagai counselor, guru hendaknya dapat memberi  bimbingan dan arahan yang positif.
b.    Sebagai korektor, guru hendaknya dapat menunjukkan tugas yang baik untuk dilaksanakan dan mana tugas yang harus dihindari.
c.     Sebagai evaluator, guru hendaknya dapat menilai baik buruk dari segi proses maupun segi produk.
4.    Instruktor, yang tugasnya yaitu :
a.     Sebagai fasilitator, guru hendaknya tidak menjadikan diri nomor satu di muka kelas, dapat menimbulkan situasi yang kondusif sehingga peserta didik dapat aktif dan inisiatif sendiri. 
b.    Sebagai moderator, hendaknya guru hanya sebagai perantara dalam hal untuk memusatkan sesuatu yang akan diambil oleh peserta didik.
c.     Sebagai komunikator, guru hendaknya mampu mengadakan hubungan yang harmonis baik dengan pihak-pihak di dalam sekolah maupun pihak-pihak di luar sekolah dan hal-hal yang berhubungan dengan tugas pembelajaran maupun tugas lain yang relevan.
5.    Inovator, tugasnya yaitu :
Sebagai dinamisator, sekolah hendaknya sebagai laboratorium hidup bagi masyarakat sekitar. Artinya penemuan-penemuan baru yang dipimpin oleh guru hendaknya dapat disebarluaskan di luar lingkungan sekolah.

Peserta Didik dalam
Integrated Curriculum
Kalau dilihat dari sudut peserta didik, dampaknya akan berupa sebagai berikut: Kalau dalam melaksanakan integrated curriculum  ini, guru mau berfungsi seperti tersebut di atas maka peserta didik diharapkan dalam belajar akan bersikap :
a.     Learn to know,yaitu belajar dengan menentukan berbagai cara agar lebih mengetahui segala sesuatu, sehingga akan terjadi how to learn yang berlangsung terus menerus.
b.    Learn to do, yaitu belajar untuk berbuat sebagaimana mestinya, terutama dalam hal pemecahan berbagai masalah dalam lapangan hidup yang berguna bagi dirinya sendiri.
c.     Learn to live together atau live with other, yaitu belajar untuk menyesuaikan diri, adaptasi dengan sekitar sehingga yang bersangkutan dapat bekerja sama dengan pihak lain dan bersifat toleran.
d.    Learn to be, yaitu belajar yang dapat mengembangkan segala aspek pribadinya, atau potensi yang melekat pada dirinya sehingga menjadi manusia yang bulat dan utuh (the complete fulfillment of men).
Di samping itu kalau pelaksanaannya dilaksanakan secara betul, akan mempunyai dampak pula pada peserta didik diantaranya adalah :
a.     Mendorong peserta didik untuk lebih mandiri, percaya diri, kreatif, dan punya harga diri.
b.    Karena dalam kegiatan dituntut laporan baik lisan maupun tulisan akan berdampak pada perkembangan pikir dan kemampuan berbahasa.
c.     Menghargai perbedaan individual.
d.    Peserta didik punya pengalaman yang luas dan fungsional.
Metode Yang Digunakan
Kalau dilihat dari sudut metode, menurut Barbara Mathews (1993) disarankan menggunakan metode :
a.     Inguiry learning
Karena peserta didik dihadapkan dengan suatu masalah yang harus dicari jawabanya sendiri, maka kegiatan diskusi tanya jawab, pengumpulan data yang kemudian diadakan analisis bersama untuk mencari jawabannya.
b.    Problem sulving
Sesuai dengan pelaksanaan metode inguiry tentu mencari berbagai penyebab terjadinya permasalahan, kemudian didiagnosa baru dicari cara pemecahannya.
c.     Investigating
Untuk memecahkan masalah yang dihadapi, perlu adanya suatu penelitian yang cermat mengenai berbagai komponen atau aspek yang tidak beres. Mengapa sampai terjadi demikian. Dibicarakan bersama dengan berbagai alternatif tindakan dan saling mengkaji kemudian diadakan chek and recheck yanh akan ditemukan suatu pemcahanya.
d.    Brain Storming
Sejenis pertemuan informal yang dimulai dari berbagai pernyataan pedapat dari para peserta peretemuan. Semua pendapat di tampung dan tidak perlu diberi komentar. Setelah semua pendapat masuk, kemudian diadakan klasifikasi pendapat yang perlu mendapat tanggapan, dan mana pendapat yang disingkirkan, karena tidak relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas.
e.     Cooperating lerning
Berbagai masalah yang timbul dipicahkan secara tim dan dibahas secara demokrasi. Tim terdiri dari para anggota yang seminat dan sekeahlian.
         
Kalau dilihat dari evaluasi, diantaranya yaitu : yang dievaluasi adalah mengenai berbagai kelemahan atau kekurangan baik dalam prosesnya maupun hasil nyatanya (produknya); Bagaimana kefektifan pencapaian hasil?; Penilaian dalam kelas, yang dinilai mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kerja sama, sifat toleran anggotanya; Penilaian dalam kelompok, yang dinilai dalam hal mutu laporan tertulis atau lisan, dapat tidaknya anggota bekerja sama dalam kelompok; Penilaian kerja sama antar grup dan hasil nyata dari grup; Penilaian individual atas dasar pengamatan guru dalam hal  kekreatifannya, toleransinya, sumbangan terhadap proses maupun produknya; Hasil nyata kelas dipamerkan untuk umum kalau perlu disebarluaskan ke masyarakat.
Berbagai kesulitan dalam pelaksanaan integrated curriculum diantaranya adalah: guru kurang siap untuk melaksanakan integrated curriculum; Selama ujian (terutama ujian Negara) masih dilaksanakan dengan cara subject matter, integrated curriculum tidak mungkin dilaksanakan; Di sekolah negeri harus mengikuti berbagai peraturan yang seragam terutama pada kurikulumnya; Kadang-kadang terhambat karena terbatasnya sarana prasarana yang diperlukannya, misalnya: laboratorium, kebun percobaan, dan berbagai peralatan yang lain yang dibutuhkan; Pelaksanaan mengajar secara tim masih belum bisa.
Integrated curriculum dilaksanakan dalam bentuk unit yang merupakan satu kesatuan atau satu kebulatan. Pelaksanaan pengajaran secara unit ini disebut metode proyek.
A.  Fase-Fase Pelaksanaan Pelajaran Unit
Ada tiga tahap pelaksanaan unit, yaitu :
1.    Tahap persiapan
2.    Tahap pelaksanaan
3.    Tahap akhir
Secara singkat pelaksanaan tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Engkoswara dkk, 1972 ?) :
Tahap Persiapan. Guru dan peserta didik bermusyawarah untuk menentukan suatu topik pembahasan, dengan kriteria sebagai berikut : Sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar belakang masalah; Masalah tersebut dipertimbangkan layak untuk dibahas; Berbagai sumber  pendukung tersedia; Waktu, situasi dan kondisi memungkinkan. Bahan yang telah ditentukan dibuat program-program untuk diselesaikan. Tiap-tiap program dibuatkan lembar pedoman petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Peserta didik dikelompokkan sebanyak program yang ada. Di susun kepengurusan kecil dengan pengawasan dari pihak guru , agar dalam melaksanakan tugas ada koordinasi. Oleh karena perlu adanya seorang ketua, sekertaris, dan kalau perlu dibentuk berbagai seksi yang relevan. Kelompok membagi tugas secara individu.
Tahap Pelaksanaan. Tiap-tiap kelompok ditentukan tempat kerja masing-masing secara penggunaan sarana dan prasarana yang diperlukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Guru mengadakan koordinasi antara kelompok. Tiap kelompok/individu bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan. Tiap kelompok mengumpulkan berbagai masalah yang ditemukan, kalau perlu dikonsultasikan kepada guru atau nara sumber yang relevan. Peserta didik berdiskusi dan bermusyawarah untuk menyimpulkan pemecahan masalah yang dihadapi. Tiap-tiap kelompok membuat laporan tertulis. Tiap-tiap kelompok menyerahkan laporan tersebut dan dipresentasikan. Dibentuk tim perumus untuk menyimpulkan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan yang efisien. Kemudian dipraktekkan di lapangan. Guru memonitor kelemahan dan dicari cara pemecahannya. Hasil berbagai kelemahan dan dicari cara pemecahannya. Hasil konkretnya dilaporkan. Hasil dipamerkan kalau perlu dimasyarakatkan.
Tahap Akhir Penelitian. Pada tahap ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses penelitian proposal: Proses dari langkah persiapan hingga langkah terakhir terus dimonitor; Seberapa jauh keefektifan pelaksanaan, terutama dalam penggunaan sarana/prasarana, tenaga, waktu, dan biaya yang dikeluarkan; Hasil laporan tertulis; Pelaksanaan diskusi musyawarah dan sebagainya; Berbagai kegiatan kelompok dan individual; Adakah perubahan dari peserta didik untuk lebih meningkat; Kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan; Seberapa jauh penguasaan bahan pelajaran terhadap pelaksanaan pelajaran unit tersebut? Bagaimana kesan orang tua dan masyarakat terhadap pelaksanaan pelajaran unit tersebut?
Integrated curriculum adalah kurikulum yang pelaksanaannya disusun secara menyeluruh untuk membahas suatu pokok masalah tertentu. Pembahasan tersebut dapat dengan cara menggunakan berbagai mata pelajaran yang relevan dalam satu bidang studi atau antar bidang studi. Topik pembahasan ditentukan secara demokratis antara peserta didik dengan guru. Metode yang digunakan dengan pendekatan student centered, problem solving, dan CBSA. Kalau integrated curriculum dapat dilakukan dengan baik, harapan dari hasil belajar akan mengakibatkan yang bersangkutan dapat tertanam : learn to know, learn to do learn to be, dan learn to leve together. Kesulitan utama dalam pelaksanaan  integrated curriculum karena di lembaga pendidikan guru, sebelum yang bersangkutan menjadi guru tidak pernah dilatih atau disiapkan untuk melaksanakan kurikulum tersebut. Dengan digalakkannya kurikulum muatan lokal sebetulnya guru telah melakukan integrated curriculum.

0 komentar:

Posting Komentar