SELAMAT DATANG DI BLOG RUMAH INSAN BELAJAR || BAGI YANG INGIN MEMPUBLIKASI ULANG MENGENAI ISI DARI BLOG INI HARAP CANTUMKAN LINK SUMBER DAN PENULIS. TRIM'S

1. Kurikulum dan Aksi Kemunculannya di Ruang Publik

Jumat, 29 Agustus 2014 |



1
Kurikulum dan Aksi Kemunculannya
di Ruang Publik


Inti Kurikulum  (core curriculum)
“Secara konseptual, kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat”  SEBUAH definisi yang sering dilupakan.
(Peter F. Oliva, 1982)





 “Kehidupan Manusia”
adalah inti dari teori kurikulum
(Franklin Bobbit)
KURIKULUM, begitu nama “sosok” dokumen program pendidikan yang akan kupas kali ini. Sekilas istilah tersebut hanya merujuk pada suatu program tentang pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah. Meskipun mirip dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, kedua istilah ini memiliki kedudukan yang berbeda dimata dunia terutama dunia pendidikan.
          Aksi kemunculan kurikulum untuk pertama kalinya diruang publik pada tahun 1856 di kamus Webster, kurikulum adalah: 1. a race course; a place for running; a chariot. 2. a course in general;applied; applied particularly to the course of study in a university. Kurikulum adalah jarak yang ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan. Kurikulum juga bermakna seperti kereta pacu zaman lampau, yaitu suatu alat yang membawa seseorang dari garis start sampai finish. Dalam sektor pendidikan, kurikulum berarti sejumlah mata kuliah di perguruan tinggi.
          Kemudian ia unjuk gigi lagi dalam tulisan Charles dan Mc.Murry di tahun 1890. Namun kemunculan secara berani dan mandiri berawal pada hasil karya Franklin Bobbit (1918) yang mengenalkan konsep kurikulum sebagai substansi. Ia dipandang sebagai ahli kurikulum pertama. Ia mulai merintis pengembangan praktik kurikulum. Bobbit merupakan orang pertama yang mengadakan analisis kecakapan atau pekerjaan, sebagai cara penentuan keputusan dalam penyusunan kurikulum. Ia juga menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengidentifikasi kecakapan pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai dasar pengembangan kurikulum.     Konsep Bobbit tentang analisis kecakapan/pekerjaan sebagai penyusunan kurikulum ini, kemudian mendapat dukungan dari Werrett W.Charlters (1923). Namun Charlters lebih menekankan pada pendidikan vokasional (kejuruan).
          Jika kita mau mencermati ada dua persamaan yang ditawarkan oleh teori Bobbit dan Charlters, sebagaimana yang dikemukakan Nana Syaodih Sukmadinata[1] dalam naskahnya berjudul Teori Kurikulum, Pertama, Keduanya setuju terhadap penggunaan teknik ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah kurikulum. Keduanya sama-sama dipengaruhi oleh gerakan ilmiah dalam pendidikan yang dipelopori oleh E.L.Thorndike dan  Charles Judd.
Kedua, sama-sama  bertolak pada asumsi bahwa sekolah berfungsi mempersiapkan anak bagi kehidupan sebagai orang dewasa. Karena itu diperlukan analisis tentang tugas-tugas dan tuntutan dalam kurikulum yang diperlukan dalam kehidupan orang dewasa. Maka disusunlah sebuah kurikulum yang secara lengkap, sistematis memuat tentang keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kehidupan dewasa kelak.
         
“Minat dan Kebutuhan Anak”
adalah dasar isi kurikulum
(Child Centered/Progesif)
SEPAK TERJANG, kurikulum tidak terhenti sampai disitu. Kurikulum terus berkembang dari menekankan pada organisasi isi yang mengarah pada kehidupan orang dewasa sebagaimana teori Bobbit dan Charlters - menuju kehidupan psikologis anak pada saat ini. Perkembangan ini terjadi di tahun 1920. Dalam hal ini anak menjadi pusat perhatian pendidikan (child centered). Inti kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik. Pola pembelajaran ditekankan pada aktivitas peserta didik, Mereka belajar melalui pengalaman. mereka juga dilibatkan dalam penyusunan kurikulum.

“Masyarakat dan Pekerjaan”
adalah dasar inti kurikulum
(Society Centered/Hollis Caswell)
SELANJUTNYA giliran Hollis Caswell, seorang ketua divisi pengembangan kurikulum pada beberapa negara bagian Amerika Serikat (Tennesee, Alabama, Florida, dan Virginia). Caswell mengembangkan konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat dan pekerjaan (society centered) sebuah kurikulum yang bersifat interaktif. Pengembangan kurikulum yang melibatkan guru-guru. Guru-guru berpartisipasi dalam menyusun, menentukan struktur organisasi, merumuskan pengertian, tujuan, isi kurikulum, menentukan kegiatan belajar, desain kurikulum, menilai hasil dan semua yang berkenaan dalam pembelajaran.




Kurikulum adalah
Inti Penyelenggaraan Pendidikan
(Dede Rosyada,2004)
KURIKULUM merupakan  inti dari sebuah penyelenggaraan pendidikan. Pengalaman yang diperoleh siswa dari program yang ditawarkan sekolah amat variatif, tidak sebatas pembelajaran dalam kelas, tapi juga lapangan tempat mereka bermain di sekolah, kantin bahkan bus sekolah. Semua memberikan kontribusi pengembangan pengalaman yang mempengaruhi perubahan-perubahan pada diri mereka. Ini menjadi fakta dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan yang berupaya semaksimal mungkin dan seoptimal mungkin guna melahirkan praktisi memberikan paradigma yang mendidik.[2]
Inti Kurikulum
Pengalaman berupa Kebutuhan
(Albertys, 1953)
INTI KURIKULUM (core curriculum) berarti pengalaman belajar yang harus diberikan baik berupa kebutuhan individu maupun kebutuhan umum. Albertys (1953)[3] mengungkapkan ada beberapa jenis core (inti) program, yaitu:
1.    Core program yang terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang masing-masing dapat diajarkan secara bebas tanpa sistematika untuk mempertunjukan masing-masing pelajaran;
2.    Core program yang terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dihubungkan satu dengan lainnya.
3.    Core program yang terdiri atas masalah yang luas, unit kerja atau tema yang disatukan yang dipilih untuk menghasilkan arti mengajar secara efektif tentang isi pelajaran tertentu, misalnya: Matematika, IPS, dan IPA.
4.    Core program merupakan masalah yang luas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik, sosial peserta didik;
5.    Core program merupakan unit kerja yang direncanakan oleh peserta didik dan guru untuk memenuhi kebutuhan kelompok.
Jadi Core Curriculum adalah tujuan yang mendasar dan luas.

          Jika sudah terkenal memang sulit untuk sembunyi, begitu juga dengan “sosok kurikulum”. Aksi kemunculannya terlihat kembali dalam kamus Webster tahun 1955, namun lihatlah bagaimana penampilannya. Kurikulum adalah: 1. a course esp. a specified fixed course of study, as in a school course, as one leading to degree. 2. the whole body of courses offered in an educational institution or department thereof.- Kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh guna mencapai satu ijazah atau tingkat tertentu. Kurikulum berarti keseluruhan pelajaran disajikan oleh satu lembaga pendidikan tertentu.
          Kemunculan istilah baru tanpa sungkan-sungkan juga terjadi di Indonesia. Di Indonesia istilah yang paling akrab adalah rencana pembelajaran. Istilah kurikulum mulai popular sejak tahun 1950-an yang diperkenalkan oleh sejumlah kalangan pendidik lulusan Amerika Serikat. Lalu, samakah kedua istilah tersebut? Persamaan atau perbedaan keduanya akan tampak pada cara memandangnya.


[1] Nana Syaodih Sukmadinata dan R.Ibrahim, Teori Kurikulum Ilmu dan Aplikasi Pendidikan bag I, Ilmu Pendidikan Teoretis IMTIMA, 2009.hlm 95
[2] Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Model Pelibaatan masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004) hlm,26
[3] Alberty dalam Subandiyah seperti yang  dikutip Dakir, Perencanaan & Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta,2010:7

0 komentar:

Posting Komentar