1
Kurikulum
dan Aksi Kemunculannya
di Ruang
Publik
Inti
Kurikulum (core curriculum)
“Secara konseptual, kurikulum adalah perangkat
pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat” SEBUAH definisi yang sering dilupakan.
(Peter F. Oliva, 1982)
“Kehidupan Manusia”
adalah inti dari
teori kurikulum
(Franklin Bobbit)
KURIKULUM,
begitu nama “sosok” dokumen program pendidikan yang akan kupas kali ini. Sekilas
istilah tersebut hanya merujuk pada suatu program tentang pelaksanaan
pembelajaran di sekolah-sekolah. Meskipun mirip dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran, kedua istilah ini memiliki kedudukan yang berbeda dimata dunia
terutama dunia pendidikan.
Aksi kemunculan kurikulum untuk
pertama kalinya diruang publik pada tahun 1856 di kamus Webster, kurikulum adalah: 1. a
race course; a place for running; a chariot. 2. a course in general;applied;
applied particularly to the course of study in a university. Kurikulum
adalah jarak yang ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan. Kurikulum
juga bermakna seperti kereta pacu zaman lampau, yaitu suatu alat yang membawa
seseorang dari garis start sampai finish. Dalam sektor pendidikan,
kurikulum berarti sejumlah mata kuliah di perguruan tinggi.
Kemudian ia unjuk gigi lagi dalam
tulisan Charles dan Mc.Murry di tahun 1890. Namun kemunculan
secara berani dan mandiri berawal pada hasil karya Franklin Bobbit (1918) yang mengenalkan konsep kurikulum sebagai substansi. Ia dipandang sebagai ahli kurikulum pertama. Ia mulai
merintis pengembangan praktik kurikulum. Bobbit merupakan orang pertama yang
mengadakan analisis kecakapan atau pekerjaan, sebagai cara penentuan keputusan
dalam penyusunan kurikulum. Ia juga menggunakan pendekatan ilmiah dalam
mengidentifikasi kecakapan pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai dasar
pengembangan kurikulum. Konsep Bobbit
tentang analisis kecakapan/pekerjaan sebagai penyusunan kurikulum ini, kemudian
mendapat dukungan dari Werrett
W.Charlters (1923). Namun Charlters lebih menekankan pada pendidikan
vokasional (kejuruan).
Jika kita mau mencermati ada dua
persamaan yang ditawarkan oleh teori Bobbit dan Charlters, sebagaimana yang
dikemukakan Nana Syaodih Sukmadinata[1]
dalam naskahnya berjudul Teori Kurikulum,
Pertama, Keduanya setuju terhadap
penggunaan teknik ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah kurikulum. Keduanya
sama-sama dipengaruhi oleh gerakan ilmiah dalam pendidikan yang dipelopori oleh
E.L.Thorndike dan Charles Judd.
Kedua, sama-sama bertolak pada asumsi bahwa sekolah berfungsi
mempersiapkan anak bagi kehidupan sebagai orang dewasa. Karena itu diperlukan
analisis tentang tugas-tugas dan tuntutan dalam kurikulum yang diperlukan dalam
kehidupan orang dewasa. Maka disusunlah sebuah kurikulum yang secara lengkap,
sistematis memuat tentang keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, yang
diperlukan untuk berpartisipasi dalam kehidupan dewasa kelak.
“Minat dan
Kebutuhan Anak”
adalah dasar isi
kurikulum
(Child Centered/Progesif)
SEPAK
TERJANG, kurikulum tidak terhenti sampai disitu. Kurikulum terus berkembang
dari menekankan pada organisasi isi yang mengarah pada kehidupan orang dewasa
sebagaimana teori Bobbit dan Charlters - menuju kehidupan psikologis anak pada
saat ini. Perkembangan ini terjadi di tahun 1920. Dalam hal ini anak menjadi
pusat perhatian pendidikan (child
centered). Inti kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta
didik. Pola pembelajaran ditekankan pada aktivitas peserta didik, Mereka
belajar melalui pengalaman. mereka juga dilibatkan dalam penyusunan kurikulum.
“Masyarakat dan
Pekerjaan”
adalah dasar
inti kurikulum
(Society Centered/Hollis Caswell)
SELANJUTNYA giliran Hollis Caswell,
seorang ketua divisi pengembangan kurikulum pada beberapa negara bagian Amerika
Serikat (Tennesee, Alabama, Florida, dan
Virginia). Caswell mengembangkan konsep kurikulum yang berpusat pada
masyarakat dan pekerjaan (society centered)
sebuah kurikulum yang bersifat interaktif. Pengembangan kurikulum yang
melibatkan guru-guru. Guru-guru berpartisipasi dalam menyusun, menentukan
struktur organisasi, merumuskan pengertian, tujuan, isi kurikulum, menentukan
kegiatan belajar, desain kurikulum, menilai hasil dan semua yang berkenaan
dalam pembelajaran.
Kurikulum adalah
Inti Penyelenggaraan
Pendidikan
(Dede Rosyada,2004)
KURIKULUM merupakan inti dari sebuah penyelenggaraan pendidikan.
Pengalaman yang diperoleh siswa dari program yang ditawarkan sekolah amat
variatif, tidak sebatas pembelajaran dalam kelas, tapi juga lapangan tempat
mereka bermain di sekolah, kantin bahkan bus sekolah. Semua memberikan
kontribusi pengembangan pengalaman yang mempengaruhi perubahan-perubahan pada
diri mereka. Ini menjadi fakta dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan yang
berupaya semaksimal mungkin dan seoptimal mungkin guna melahirkan praktisi
memberikan paradigma yang mendidik.[2]
Inti Kurikulum
Pengalaman
berupa Kebutuhan
(Albertys, 1953)
INTI
KURIKULUM (core curriculum) berarti
pengalaman belajar yang harus diberikan baik berupa kebutuhan individu maupun
kebutuhan umum. Albertys (1953)[3]
mengungkapkan ada beberapa jenis core (inti)
program, yaitu:
1.
Core program yang
terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang masing-masing dapat diajarkan secara
bebas tanpa sistematika untuk mempertunjukan masing-masing pelajaran;
2.
Core program yang
terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dihubungkan satu dengan lainnya.
3.
Core program yang
terdiri atas masalah yang luas, unit kerja atau tema yang disatukan yang
dipilih untuk menghasilkan arti mengajar secara efektif tentang isi pelajaran
tertentu, misalnya: Matematika, IPS, dan IPA.
4.
Core program
merupakan masalah yang luas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik, sosial peserta
didik;
5.
Core program
merupakan unit kerja yang direncanakan oleh peserta didik dan guru untuk
memenuhi kebutuhan kelompok.
Jadi Core
Curriculum adalah tujuan yang mendasar dan luas.
Jika sudah terkenal memang sulit untuk
sembunyi, begitu juga dengan “sosok kurikulum”. Aksi kemunculannya terlihat
kembali dalam kamus Webster tahun 1955, namun lihatlah bagaimana penampilannya.
Kurikulum adalah: 1. a course esp. a
specified fixed course of study, as in a school course, as one leading to
degree. 2. the whole body of courses offered in an educational institution or
department thereof.- Kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan adalah
sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata pelajaran di sekolah atau mata
kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh guna mencapai satu ijazah atau
tingkat tertentu. Kurikulum berarti keseluruhan pelajaran disajikan oleh satu
lembaga pendidikan tertentu.
Kemunculan istilah baru tanpa sungkan-sungkan
juga terjadi di Indonesia. Di Indonesia istilah yang paling akrab adalah
rencana pembelajaran. Istilah kurikulum mulai popular sejak tahun 1950-an yang
diperkenalkan oleh sejumlah kalangan pendidik lulusan Amerika Serikat. Lalu,
samakah kedua istilah tersebut? Persamaan atau perbedaan keduanya akan tampak
pada cara memandangnya.
[1] Nana Syaodih Sukmadinata dan R.Ibrahim, Teori Kurikulum Ilmu dan Aplikasi Pendidikan bag I, Ilmu Pendidikan
Teoretis IMTIMA, 2009.hlm 95
[2] Dede Rosyada, Paradigma
Pendidikan Demokratis, Sebuah Model Pelibaatan masyarakat dalam Penyelenggaraan
Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004) hlm,26
[3] Alberty dalam Subandiyah seperti yang
dikutip Dakir, Perencanaan &
Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta,2010:7
0 komentar:
Posting Komentar