4.
Munculnya UIN
‘Jelmaan’ IAIN/STAIN
Munculnya Universitas Islam Negeri (UIN), sebuah jelmaan IAIN/STAIN
sebagai universitas yang berlabelkan Islam menuai tanggapan. Dikatakan bahwa
kemunculan UIN telah mendiskreditkan perguruan tinggi negeri lain yang tidak
berlabelkan Islam menjadi tidak Islami. padahal sederetan universitas yang
dapat disebut seperti; UGM, Undip, ITB, dan UI serta PTN lain serta universitas
Islam swasta, telah banyak memunculkan produk pakar santri dengan komitmen yang
tinggi terhadap Islam dan ke-Indonesian. Pemikiran Ahmadi tersebut merupakan
catatan pertimbangan dalam pendirian UIN ke depan. [1]Analisis
itu ditunjukkan dalam konsep pengembangan kurikulum IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta yang menggunakan pendekatan integratif dan interkonektif yang
dimaksudkan untuk membangun kurikulum yang inklusif dan humanis. Ahmadi lebih
berpihak pada IAIN/STAIN agar tidak terburu-buru mengubah diri menjadi
universitas. Karena, jika IAIN sebagai PTAI mampu meningkatkan kualitas dan
pengembangan ilmu keislaman yang bergayut dengan problema kehidupan, IAIN akan
menjadi pesan khusus yang dicari masyarakat. Islam Suplemen Posisi
Khalifatullah fil Ardl tidak cukup hanya dengan bekal agama. Iman yang tidak disertai ilmu, mudah ditipu, demikian sebaliknya ilmu
tanpa iman, menjadi penipu. Dalam konteks ini, Ahmadi berpendapat bahwa
Pendidikan Agama mempunyai peranan strategis dalam mengintegrasikan nilai-nilai
dalam seluruh kegiatan pendidikan. Implikasi dari pemaknaan pendidikan Islam
adalah reposisi pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional.
[1] Analisis itu ditunjukkan dalam konsep pengembangan kurikulum IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam pidato pengukuhan guru besarnya yang mengulas relevansi substansi
antara pendidikan nasional dengan pendidikan Islam
0 komentar:
Posting Komentar