SELAMAT DATANG DI BLOG RUMAH INSAN BELAJAR || BAGI YANG INGIN MEMPUBLIKASI ULANG MENGENAI ISI DARI BLOG INI HARAP CANTUMKAN LINK SUMBER DAN PENULIS. TRIM'S



Badudus dan Tapung Tawar


Upacara Badudus di Nagara Dipa adalah sebuah upacara ritual. Sebuah upacara yang dilakukan oleh keluarga raja. Atau keluarga yang mengaku keturunan raja-raja Banjar. Keturunan yang tinggal di Amuntai. Upacara Badudus atau Mandi-mandi. Biasa juga disebut Selamatan Tahunan. Karena upacara ini di gelar setiap tahun pada awal bulan Muharram. Atau pertengahan bulan Jumadil Akhir. Pelaksanaannya pada malam Senin atau malam Kamis. Biasanya selepas shalat Isya dan berakhir hingga pukul 03.00 pagi.
            Upacara ini, oleh leluhur kami, dikenal juga dengan istilah upacara Membuang Pasilih. Upacara ini biasa menggunakan beberapa peralatan, seperti sebuah tarbang burdah, sebuah gong, biola disertai penabuh dan penyanyinya. Penabuh dan penyanyi biasanya duduk berjejer. Bisa juga dengan duduk melingkar menghadapi talam-talam. Talam-talam yang berisi kue yang terdiri dari 41 macam. Talam kue-kue dan buah-buahan ini sebagai sesajen. Kemenyan pun dibakar. Asap mulai mengepul, pertanda upacara akan dimulai. Mulailah musik dan nyanyian magis mengalun. Musik dan nyanyian bermuatan magis membawakan lagu Kur Sumangat.
Nyanyian yang memiliki kekuatan gaib. Berisi saruan kepada roh-roh leluhur. Seruan kepada orang-orang yang dianggap gaib. Para dewa Hindu atau dari keturunan raja Banjar. Nyanyian berisikan undangan. Undangan yang disertai permohonan maaf kalau ada kesalahan. Kesalahan atas upacara yang dilaksanakan dan sesajennya yang sajikan.
            Kemudian lagu Girang-Girang sebagai penggiring. Disusul lagu Nandung Mas Mirah sebagai penyambutan tamu-tamu gaib. Lagu Dundung Sayang merupakan lagu keempat. Lagu ini bertujuan untuk menghibur para undangan yang sedang menunggu undangan tingkat tinggi, seperti para pangeran dan dewa-dewa.
Ketika undangan tertinggi mulai datang maka yang dibawakan adalah lagu Tarabang Burung  sebagai lagu penghibur. Dalam tahapan ini biasanya sering terjadi kesurupan. Sedang lagu penghantar pulang dinyanyikanlah Burung Manuk sekaligus penutup upacara.
            Sejak lagu pertama dinyanyikan dalam upacara ini, diadakan pula Tapung Tawar atau Tutungkal. Tutungkal menggunakan air suci yang diambil dari sebuah sumur di lokasi Candi Agung, yang dicampur dengan Minyak Likat Bubuih.
Demikian tahapan setiap upacara yang tidak boleh tertukar. Termasuk urutan lagu dari lagu pertama sampai keenam. Sampai upacara berakhir dilaksanakan. Kalau pelaksanaan upacara di Candi Agung, maka sesajen lebih dahulu diletakkan ditempat bertapa Pangeran Suryanata, yang dikelilingi kain kuning. Namun jika dilakukan di rumah-rumah cukup dengan membaca doa selamat.
            Dahulu upacara badudus (Membuang Pasilih) dilaksanakan pada saat acara penobatan sang raja Banjar zaman Hindu. Namun setelah kerajaan Banjar Islam upacara itu mulai dihapuskan. Kini upacara Badudus menjelma menjadi acara mandi-mandi penganten dan mandi-mandi tujuh bulanan bagi kehamilan pertama (Tian Mandaring).
            Kegiatan upacara seperti ini berangsur-angsur mulai ditinggalkan oleh masyarakat Banjar yang beragama Islam. Karena mereka mulai menyadari bahwa kegiatan ini merupakan upacara ritual yang biasa dilakukan oleh leluhur.
Upacara ini disadari sudah tidak sejalan dengan ajaran yang kini kami peluk. Ajaran yang diyakini leluhur kala itu masih menganut kepercayaan Animisme yang berasimilasi dengan kepercayaan Hindu yang dikenal dengan sebutan “Kalacakra”.

0 komentar:

Posting Komentar