kurikulum
ideal, AKTUAL & TERSEMBUNYI
Kurikulum Tersembunyi
Kurikulum tidak hanya sebatas hal yang tampak, ada
yang tersembunyi tetapi memiliki peran yang signifikan
bagi proses pendidikan dan peserta didik
(Allan A.Glatthorn,1987:20)
Kita mengenal
beberapa macam kurikulum berikut konsep dan cara pelaksanaannya:
Kurikulum ideal, yaitu
kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan
sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum;
Kurikulum aktual, yaitu
kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan
pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian, kurikulum
aktual seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran
merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada
bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang.
Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap
dalam belajar mengajar; dan Kurikulum
tersembunyi (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu yang
terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Segala
sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi,
atau bahkan dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan guru datang tepat waktu
ketika mengajar di kelas, sebagai contoh, akan menjadi kurikulum tersembunyi
yang akan berpengaruh kepada pembentukan kepribadian peserta didik.
HIDDEN
CURRICULUM,
berarti kurikulum tersebunyi demikian kurikulum implisit ini dikenal banyak
orang. Tersembunyi artinya tidak terlihat atau tidak dapat diindra. Tetapi
tersembunyi bukan berarti tidak ada. Kurikulum tersembunyi adalah suatu bentuk
transfer belajar dan transformasi akhlak yang desainnya tidak terencana secara
tampak dan tertulis tetapi berengaruh kuat dalam proses pembelajaran maupun
terhadap hasil belajar peserta didik.
Dakir[1]
dan beberapa ahli berikut mengungkapkan berbagai terminologi tentang Hidden Curriculum. Dakir (2010)
mengatakan bahwa kurikulum tersembunyi adalah kurikulum yang tidak
direncanakan, tidak di program, dan tidak dirancang, tetapi mempunyai pengaruh
baik secara langsung atau tidak langsung terhadap out put dari proses belajar mengajar.
Valance (1973) mengatakan bahwa hidden curriculum meliputi yang tidak dipelajari dari program
sekolah yang non akademik. Kohelberg
(1970) mengatakan bahwa hidden curriculum sebagai hal yang berhubungan dengan pendidikan
moral dan peran guru dalam mentransformasikan standar moral.
Variabel Kurikulum
Tersembunyi
KURIKULUM tidak hanya sebatas pada komponen-komponen
yang tampak dan tertulis saja. melainkan sangat luas meliputi hal-hal yang
tidak tampak atau tersembunyi.
Allan
A.Glatthorn [2]
bahwa kurikulum tidak hanya sebatas hal-hal yang tampak. Ada hal lain yang disebut
kurikulum tersembunyi yang memberikan peran signifikan bagi proses pendidikan
peserta didik. Dengan kata lain, unsur-unsur tersebut mencakup lingkungan,
kultur, kebijakan sekolah, dan lainnya. Hal-hal demikian diakui maupun tidak,
memberikan sumbangsih bagi perubahan pendidikan anak didik selama proses
belajar. Hal demikian bukan tidak mungkin akan melebihi perannya ketimbang
unsur-unsur yang tampak.
Jika demikian, kurikulum tersembunyi
tidak boleh diabaikan perannya. Kurikulum implisit ini memiliki peran penting
dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar dalam melahirkan peserta didik yang
sesuai ekspketasi masyarakat sebagai pengguna. Glatthorn[3]
mencermati hal tersebut dan menjelaskan tiga variabel penting yang menjadi
bagian integral dari hidden curriculum, yaitu:
Organisasi, Sistem sosial, budaya.
Organisasi
Penugasan guru
atau pendidik dan pengelompokan anak didik atau peserta didik untuk proses
pembelajaran. Hal ini mencakup empat hal penting yang layak menjadi perhatian
serius, yakni team teaching, promosi (kenaikan kelas), pengelompokan siswa
berdasarkan kemampuan, dan fokus kurikulum.
Team
teaching, merupakan
salah satu kebijakan dengan tujuan utama memberikan pelayanan terbaik sehingga
guru betul-betul mengajar sesuai disiplin masing-masing. Terkait promosi (kenaikan kelas), ini berkenaan
pencapaian individu siswa, sebut saja prestasi akademik dan sikap siswa. Pengelompokan siswa berdasarkan
kemampuan-kemampuan lainnya juga penting diperhatikan. Fokus kurikulum penting diperhatikan, sebab ini mempermuddah proses
belajar mengajar dalam kelas.
Sistem Sosial
Sistem sosial,
yaitu suasana sekolah yang dideskrisikan dari pola-pola hubungan semua
komponen. Pola tersebut mencakup hubungan antara guru dan tenaga administrasi,
keterlibatan kepala sekolah dalam pembelajaran, keterlibatan guru dalam proses
pengambilan keputusan, hubungan yang baik antar sesama guru, hubungan guru dan
siswa, serta hubungan kelompok-kelompok lain yang juga mendukung dinamika
pendidikan dalam sekolah.
Budaya.
Dimensi sosial
yang berhubungan dengan sistem kepercayaan, nilai-nilai, dan struktur kognitif.
Berbagai halsebagai bagian dari hidden
curriculum adalah sebagai berikut:
a. Rumusan tujuan sekolah yang jelas dan dapat
dipahami semua unsur sebagai hasil kesepakatan antara pengelola administrasi
dan guru;
b. Pengelola administrasi mempunyai harapan tinggi pada guru dan
begitu pula dengan tenaga administrasi;
c. Pengelola administrasi dan guru mempunyai harapan baik peserta
didik yang diartikulasikan dengan penguatan pelayanan akademik;
d. Pemberian hadiah pada mereka yang mencapai prestasi terbaik dan
pemberian hadiah serta hukuman yang dilakukan secara fair dan konsisten kepada peserta didik.
Atas dasar pemetaan tersebut, Rosyada[4]
menyatakan bahwa kurikulum yang mengantarkan siswa sesuai harapan idealnya,
tidak cukup hanya kurikulum yang dipelajari saja (written curriculum), tapi juga hidden
curriculum yang secara teoretik sangat rasional memppengaruhi
ssiswa, baik menyangkut lingkungan sekolah, suasana kelas, pola interaksi guru
dengan siswa dalam kelas, bahkan pada kebijakan serta manajemen pengelolaan
sekolah secara lebih luas dan perilaku dari semua komponen sekolah dalam
hubungan interaksi vertical dan horizontal mereka. Sedangkan kurikulum yang
dipelajari terbatas pada kurikulum tertulis yang disusun sedemikian rupa secara
sistematis, dengan rumusan-rumusan kompetensi standar serta indikator-indikator
kompetensi yang terukur, dan materi belajar yang sesuai untuk mencapai
indikator-indikator kompetensi tersebut.
[1] Dakir, Perencanaan dan
Pengembangan Kurikulum, Rineka Cipta: Jakarta, 2010 hlm,8
[2] Allan A.Glatthorn, Curriculum
Leadership (Illinois: Scott Foresman and Company 1987, hlm 20- sepeti yang
dikutip Moh.Amin , Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan.DIVA Press,
Jogjakarta,2012:hlm,27
[3] ibid, hlm 28
[4] Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah
Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Kencana,
2004:32
0 komentar:
Posting Komentar