SELAMAT DATANG DI BLOG RUMAH INSAN BELAJAR || BAGI YANG INGIN MEMPUBLIKASI ULANG MENGENAI ISI DARI BLOG INI HARAP CANTUMKAN LINK SUMBER DAN PENULIS. TRIM'S



cacapan acan
pirik mantah









CACAPAN acan pirik mantah, bagi sebagian besar ‘urang banjar’ merupakan teman yang wajib hadir dikala makan. Hadir di atas meja makan atau tikar purun sebagai alas makan untuk lesehan. Cacapan acan pirik mantah ini sebenarnya lebih mirip sambal yang sering kita temukan diberbagai daerah. Namun kekhasan ‘Cacapan Acan Pirik Mantah’(selanjutnya kita sebut ‘Capik Man’) ini tampak pada rasa hasil olah kelihaian penyajinya yakni si pengolek (nang memirik).
          Sesungguhnya cara membuatnya cukup sederhana, bahan yang digunakan pun ada disekitar rumah kita. Namun rasanya,  hem bisa membuat penikmatnya jadi keringatan, muka merah padam, bibir lidah kepanasan, minta ampun tetapi dijamin houh... pasti ketagihan.
Bahan-bahan yang digunakan seperti kebanyakan sambal yaitu,
ð      lombok parawit /cabe rawit
ð      bawang habang /bawang merah
ð      uyah/garam
ð      gula
ð      vitsin/penguat rasa/penyedab rasa/MSG (mononatrium glutamate murni)
ð      acan babanam/ terasi bakar;
ð      bahan tambahan bisa rajangan buah mangga balahan atau mangga muda, atau perasan jeruk nipis, limau kuit, jeruk purut, belimbing tunjuk, binjai dll.
Alat yang dipakai untuk mengolek pun mudah kita temukan:
ð      kolak
ð      cubik
ð      senduk
          Cara menyiapkan ‘Capik Man’, nah ini, Pertama bakar acan atau terasi di atas bara, sambil menuggu siapkan cubik dan kolak bersih, masukan beberapa biji lombok parawit atau cabe rawit di atasnya. Jumlah cabe sesuaikan dengan selera pedas Pian (Anda). Belasan, puluhan, ratusan bahkan dalam jumlah leteran (1 leter). Kemudian campurkan semua bahan tadi yakni garam, gula, vitsin, bawang merah dan acan babanam atau terasi bakar tadi. Takaran masing-masing bahan tergantung banyak cabe yang digunakan bahkan selera kita. Suka pedas asin, kurangi gula, jika suka pedas manis tambahkan gula.
          Contoh perbandingan bahan yang digunakan untuk sajian 4 orang. Kita menggunakan belasan cabe. Maka takaran bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
ð      1 senduk makan, gula;
ð      ¼ senduk teh, garam;
ð      ¼ senduk teh, vitsin;
ð      1 biji bawang merah;
ð      sebesar biji jagung, acan babanam atau terasi bakar
Ulak sampai halus dan semua bahan tercampur merata. Namun sebagian ada juga yang lebih suka ulakan yang kasar. Tidak semua bahan dihaluskan hanya sekedar bercampur saja.
          Pemilihan jenis cabe pun tergantung selera. Ada yang khusus memilih cabe yang masih mentah, untuk mendapatkan aroma khas cabe mentah dan pesona warna hijaunya. Sebagian lebih cenderung mengambil cabe yang matang untuk mendapatkan aroma dan kesan tertentu. Tidak jarang mencampurkan cabe mentah dan matang, bahkan ada juga memasukan tangkai cabe atau tangking pada lombok. Untuk alasan tertentu.
          Bahan boleh sama, perbandingan campuran juga bisa saja sama. Tetapi siapa yang mengolek, ini yang paling menentukan rasa. Uniknya di masyarakat banjar hasil ulakan sambal acan babirik  katanya turut menentukan karakter pengoleknya. Terutama bagi orang tua yang ingin memilih menantu. Loh kok bisa begitu? Mengapa demikian? Apa hubungannya kawin dengan cacapan acan pirik mantah?  
          Memang cacapan acan pirik mantah, membutuhkan tangan cekatan untuk mendapatkan rasa yang pas dengan selera kebanyakan. Rasa yang pas sangat ditentukan oleh ‘jam terbang’ (wuih kaya pilot saja) pengoleknya. Semakin sering seseorang mengolek sambal semakin tahu persis perbandingan yang pas dengan selera. Selain itu kecenderungan rasa cacapan juga dapat memberikan informasi perasaan atau suasana hati pengoleknya saat itu. Kalau cenderung terlalu asin dipahami yang bersangkutan lagi kasmaran. He he ada-ada saja.
          ‘Capik Man’ cocok menjadi teman akrab panganan kita. Bisa dengan lalapan pucuk gumbili (daun singkong rebus), pucuk kustila (daun pepaya rebus), tarung pipit dan tarung hintalu (mata sipit babini talu he he)rebus, tarung panjang basanga atau baparung (goreng atau di panggang), kacang panjang.  
          ‘Capik Man’ rancak (sering) juga menjadi sasaran pulir (cocol) oleh iwak babanam (dibakar) atau baparung (dibakar tanpa dikuliti) seperti pupuyu babanam, haruan panggang, tauman panggang, pintit babanam, pepesan (iwak bapais), sapat siam baparung.
          ‘Capik Man’, bisa gaul juga dengan yang namanya gorengan atau nang saraba basanga (digoreng) atau guguduh. Guguduh pisang (pisang goreng), guguduh gumbili (ubi goreng), kurkit (kroket), timpi wan tahu basanga (tempe dan tahu goreng), bakwan, dan... dan... guguduh batilanjang (maaf yang dimaksudkan pisang goreng tanpa tepung).
          ‘Capik Man’, juga tidak berdosa jika disandingkan dengan buah-buahan segar bahan campuran rujak. Dengan atau tanpa kecap manis, pisang mentah, kedondong, timun, semangka, nanas bisa kita pancuk / rujak. Atau tidak salah juga kalau ada memanfaatkan ‘Capik Man’, dengan kerupuk iwak pipih, karupuk iwak haruan, karupuk gumbili,keripik kentang bahkan amplang.
          Lalu apa hubungannya cara membuat ‘Capik Man’ dengan cara mertua mencari menantu? Coba kita kilas balik uraian di atas tadi. Bahwa rasa ‘Capik Man’ yang khas baru akan muncul dari sebuah upaya yang berkesinambungan. Terus menerus, konsisten simbol prilaku pribadi yang ulet atau saing ujar urang banjar. Semakin rancak atau sering seorang galuh (gadis) membuat ‘Capik Man’ itu berarti dia sering berada di dapur alias suka masak, hebat memasak (harat bamasak).
          Mertua mana yang tidak akan sayang dengan menantu suka masak, lihai meramu sajian dapur. Mertua pasti merasa yakin anak-cucunya akan sehat wal afiat jika diasuh dan dibesarkan oleh ibu yang suka memasak. Kemudian mengenalkan dan mengajarkan mengolah rempah-rempah dapur atau bumbu-bumbu masakan kepada anak-anaknya.
          Mertua mana yang tidak senang jika menantunya suka menyajikan masakan sendiri ketika mereka bertandang ke rumah anak menantu. Mertua mana yang tidak sayang jika menantu suka menyiapkan panganan sebagai buah tangan mertua saat mau pulan. Apalagi suka mengantar masakan ke rumah mertua. Wuih... hebat...lihai mengelola dapur, lihai juga mengelola sumur, lihai juga mengelola kasur...lihai mengolah’Capik Man’, dianggap lihai pula mengelola keluarga.
          Kelihaian mengolah ‘Capik Man’ berarti lihai memadu padankan panganan yang ada disekitar untuk di olah sebagai bahan sajian di meja makan. Ini tentu berhubungan dengan kemampuan mengelola keuangan rumah tangga. Prilaku arif seorang perempuan tercermin bagaimana dia menjaga harta keluarga dan kehormatan diri. Bukan prilaku konsumtif dan sikap malas mengolah masakan sendiri bagi sebagian wanita. Hal ini sering menjadi salah satu pemicu kondisi berseberangan dengan mertua perempuan. Nah tu, Capek Kan![Ç@K]

0 komentar:

Posting Komentar