SELAMAT DATANG DI BLOG RUMAH INSAN BELAJAR || BAGI YANG INGIN MEMPUBLIKASI ULANG MENGENAI ISI DARI BLOG INI HARAP CANTUMKAN LINK SUMBER DAN PENULIS. TRIM'S



21.
ANDIL
HIDDEN CURRICULUM
(Kurikulum Implisiit)

Kurikulum Tersembunyi
Kurikulum tidak hanya sebatas hal yang tampak, ada yang tersembunyi tetapi memiliki peran yang signifikan
bagi proses pendidikan dan peserta didik
(Allan A.Glatthorn,1987:20)


Kita mengenal beberapa macam kurikulum berikut konsep dan cara pelaksanaannya:
Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum;
Kurikulum aktual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian, kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar mengajar; dan Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan guru datang tepat waktu ketika mengajar di kelas, sebagai contoh, akan menjadi kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruh kepada pembentukan kepribadian peserta didik.

HIDDEN CURRICULUM, berarti kurikulum tersebunyi demikian kurikulum implisit ini dikenal banyak orang. Tersembunyi artinya tidak terlihat atau tidak dapat diindra. Tetapi tersembunyi bukan berarti tidak ada. Kurikulum tersembunyi adalah suatu bentuk transfer belajar dan transformasi akhlak yang desainnya tidak terencana secara tampak dan tertulis tetapi berengaruh kuat dalam proses pembelajaran maupun terhadap hasil belajar peserta didik.
          Dakir[1] dan beberapa ahli berikut mengungkapkan berbagai terminologi tentang Hidden Curriculum.
Dakir (2010) mengatakan bahwa kurikulum tersembunyi adalah kurikulum yang tidak direncanakan, tidak di program, dan tidak dirancang, tetapi mempunyai pengaruh baik secara langsung atau tidak langsung terhadap out put dari proses belajar mengajar.
          Valance (1973) mengatakan bahwa hidden curriculum  meliputi yang tidak dipelajari dari program sekolah yang nonakademik.
          Kohelberg (1970) mengatakan bahwa  hidden curriculum  sebagai hal yang berhubungan dengan pendidikan moral dan peran guru dalam mentransformasikan standar moral.


Variabel Kurikulum
Tersembunyi

KURIKULUM  tidak hanya sebatas pada komponen-komponen yang tampak dan tertulis saja. melainkan sangat luas meliputi hal-hal yang tidak tampak atau tersembunyi.
Allan A.Glatthorn [2] bahwa kurikulum tidak hanya sebatas hal-hal yang tampak. Ada hal lain yang disebut kurikulum tersembunyi yang memberikan peran signifikan bagi proses pendidikan peserta didik. Dengan kata lain, unsur-unsur tersebut mencakup lingkungan, kultur, kebijakan sekolah, dan lainnya. Hal-hal demikian diakui maupun tidak, memberikan sumbangsih bagi perubahan pendidikan anak didik selama proses belajar. Hal demikian bukan tidak mungkin akan melebihi perannya ketimbang unsur-unsur yang tampak.
          Jika demikian, kurikulum tersembunyi tidak boleh diabaikan perannya. Kurikulum implisit ini memiliki peran penting dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar dalam melahirkan peserta didik yang sesuai ekspketasi masyarakat sebagai pengguna. Glatthorn[3] mencermati hal tersebut dan menjelaskan tiga variabel penting yang menjadi bagian integral dari hidden curriculum, yaitu: Organisasi, Sistem sosial, budaya.
Organisasi
Penugasan guru atau pendidik dan pengelompokan anak didik atau peserta didik untuk proses pembelajaran. Hal ini mencakup empat hal penting yang layak menjadi perhatian serius, yakni team teaching, promosi (kenaikan kelas), pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan, dan fokus kurikulum.
Team teaching, merupakan salah satu kebijakan dengan tujuan utama memberikan pelayanan terbaik sehingga guru betul-betul mengajar sesuai disiplin masing-masing. Terkait promosi (kenaikan kelas), ini berkenaan pencapaian individu siswa, sebut saja prestasi akademik dan sikap siswa. Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan-kemampuan lainnya juga penting diperhatikan. Fokus kurikulum penting diperhatikan, sebab ini mempermuddah proses belajar mengajar dalam kelas.
Sistem Sosial
Sistem sosial, yaitu suasana sekolah yang dideskrisikan dari pola-pola hubungan semua komponen. Pola tersebut mencakup hubungan antara guru dan tenaga administrasi, keterlibatan kepala sekolah dalam pembelajaran, keterlibatan guru dalam proses pengambilan keputusan, hubungan yang baik antar sesama guru, hubungan guru dan siswa, serta hubungan kelompok-kelompok lain yang juga mendukung dinamika pendidikan dalam sekolah.
Budaya.
Dimensi sosial yang berhubungan dengan sistem kepercayaan, nilai-nilai, dan struktur kognitif. Berbagai halsebagai bagian dari hidden curriculum adalah sebagai berikut:
a. Rumusan tujuan sekolah yang jelas dan dapat dipahami semua unsur sebagai hasil kesepakatan antara pengelola administrasi dan guru;
b. Pengelola administrasi mempunyai harapan tinggi pada guru dan begitu pula dengan tenaga administrasi;
c. Pengelola administrasi dan guru mempunyai harapan baik peserta didik yang diartikulasikan dengan penguatan pelayanan akademik;
d. Pemberian hadiah pada mereka yang mencapai prestasi terbaik dan pemberian hadiah serta hukuman yang dilakukan secara fair dan konsisten kepada peserta didik.
Atas dasar pemetaan tersebut, Rosyada[4] menyatakan bahwa kurikulum yang mengantarkan siswa sesuai harapan idealnya, tidak cukup hanya kurikulum yang dipelajari saja (written curriculum), tapi juga hidden curriculum  yang  secara teoretik sangat rasional memppengaruhi ssiswa, baik menyangkut lingkungan sekolah, suasana kelas, pola interaksi guru dengan siswa dalam kelas, bahkan pada kebijakan serta manajemen pengelolaan sekolah secara lebih luas dan perilaku dari semua komponen sekolah dalam hubungan interaksi vertical dan horizontal mereka. Sedangkan kurikulum yang dipelajari terbatas pada kurikulum tertulis yang disusun sedemikian rupa secara sistematis, dengan rumusan-rumusan kompetensi standar serta indikator-indikator kompetensi yang terukur, dan materi belajar yang sesuai untuk mencapai indikator-indikator kompetensi tersebut.


[1] Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Rineka Cipta: Jakarta, 2010 hlm,8
[2] Allan A.Glatthorn, Curriculum Leadership (Illinois: Scott Foresman and Company 1987, hlm 20- sepeti yang dikutip Moh.Amin , Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan.DIVA Press, Jogjakarta,2012:hlm,27
[3] ibid, hlm 28
[4] Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2004:32

0 komentar:

Posting Komentar