20.
Tempat Manusia
Berburu Ilmu
PESERTA DIDIK (SERDIK)
belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Sebagai perantara mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan, diperlukan bahan ajar atau materi pendidikan. Materi pendidikan
tersusun atas topik-topik dan sub topik tertentu.
Kenyataan menunjukkan bahwa
banyak sekali tuntutan yang harus dipenuhi lembaga pendidikan pada umumnya,
begitu pula Islam, sedangkan waktu yang tersedia terbatas. Sehingga dalam hal
ini, menjadi penting menyeleksi materi pendidikan.
Dalam rangka memilih materi pendidikan, Hilda Taba
mengemukakan beberapa kriteria diantaranya: (1) harus valid dan signifikan, (2)
harus berpegang pada realitas sosial, (3) kedalam dan keluasannya harus
seimbang, (4) menjangkau tujuan yang luas, (5) dapat dipelajari dan disesuaikan
dengan pengalaman siswa, dan (6) harus dapat memenuhi kebutuhan dan menarik
minat peserta didik (Ghofir, 1993: 37-38).
Islam dengan Al Qur’annya
menurut Abdurrahman Saleh Abdullah dipandang sebagai landasan pendidikan Islam
yang prinsipnya hendak menyatukan mata pelajaran yang bermacam-macam. Tidak ada
klasifikasi mata pelajaran umum dan agama, dimana semua materi termasuk ilmu
alam harus diajarkan menurut pandangan Islam.
Untuk mencapai
materi pendidikan seperti yang diinginkan ini, paling tidak yang perlu diperhatikan
dalam rangka pengembangannya adalah jenis materi, ruang lingkup materi,
klasifikasi materi, sekuensi materi, serta sumber acuannya.
Sistem
Penyampaian
Sistem penyampaian merupakan sistem atau strategi yang
digunakan dalam menyampaikan materi pendidikan yang telah dirumuskan. Sistem
penyampaian ini paling minim berkaitan dengan metode yang digunakan dalam
menyampaikan materi, serta pendekatan pembelajaran. Ketika guru menyusun materi
pendidikan, secara otomatis ia juga harus memikirkan strategi yang sesuai untuk
menyajikan materi pendidikan tersebut. Sementara itu Muhaimin (2003:184)
mengidentifikasi bahwa sistem pengampaian ini mencakup beberapa hal pokok,
yaitu: strategi dan pendekatannya, metode pengajarannya, pengaturan kelas,
serta pemanfaatan media pendidikan.
Metode misalnya, ia ikut
menentukan efektif atau tidaknya proses pencapaian tujuan pendidikan. Semakin
tepat metode yang digunakan, akan semakin efektif proses pencapaian tujuan
pendidikan tersebut. Sehingga dalam hal ini terlihat betapa pentingnya
pengetahuan tentang metode bagi seorang guru. Bagi Ahmad Tafsir, pengetahuan
tentang metode mengajar yang terpenting adalah pengetahuan tentang cara
menyusun urutan kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan
(Tafsir, 1999: 34).
Selama ini, sampai kini, mungkin
diantara kita sebagai orang tua, ketika memasukkan anak kita ke sekolah sudah
merasa yakin dan mantap bahwa inilah sekolah yang tepat untuk anak-anak kita.
Keyakinan itu mungkin didasarkan kepada statusnya, mutunya, tarafnya atau
bahkan mungkin karena tarifnya. Mungkin juga diantara kita para orang tua,
sempat ragu, apa betul sekolah ini benar-benar sekolah yang tepat untuk
anak-anak kita. Keraguan itu mungkin didasarkan pada alasan yang sama, yakni
statusnya, mutunya, tarafnya juga tarifnya. Mengapa kita begitu yakin? Dan
mengapa pula kita menjadi ragu? Untuk alasan yang sama?
Selama ini, dan sampai kini, mungkin
diantara kita pun sebagai praktisi pendidikan apakah itu guru, tutor, pamong,
atau dosen, ketika masuk kelas sudah merasa yakin atau sempat ragu, bahwa kelas
yang akan kita masuki adalah kelas yang layak untuk manusia. Apakah keyakinan
atau keraguan kita juga didasarkan pada status, mutu, taraf dan tarif kelas
kita tersebut?
Tapi yakinkah kita bahwa sekolah
tempat dimana anak kita dididik. Atau kelas tempat kita mendidik anak, adalah
tempat terbaik mereka mempelajari nilai-nilai kebenaran dan kebaikan dari
kehidupan sebagai manusia? Bukan tempat mereka melakukan pembenaran untuk
berebut nilai tertinggi dan terbaik, sekalipun dengan cara apapun.
Bukankah sekolah selama ini kita
pahami, sebagai tempat memanusiakan manusia? Dari anak manusia dengan segala
potensi fitrahnya, menjadi manusia yang dewasa dan seutuhnya yang bermanfaat
bagi dirinya dan sekitarnya, tetapi tetap dalam fitrahnya. Tempat mempersiapkan
manusia sebagai insan pembelajar yang beriman juga bertaqwa, berilmu amaliah,
beramal ilmiah, memiliki akhlak dan kepribadian yang unik, memiliki nilai-nilai
estitika yang menjunjung norma-norma, sehat tapi bukan dengan cara instan,
handal dan teruji, aktif tapi tidak merendahkan yang pasif, jujur tapi tidak
merasa benar sendiri, dan asih dengan mengasihi sesama.
Faktanya hingga kini disekeliling
kita, sangat mudah menemukan siswa yang menyontek saat ulangan atau ujian, demi
sebuah nilai, padahal dalam pengawasan yang ketat. Nyatanya kita kerap
menyaksikan tawuran antar pelajar bahkan mahasiswa demi sebuah kehormatan.
Tidak jarang kita melihat kehormatan di pertaruhkan bahkan diperjualbelikan
demi tempat belajar. Faktanya (hasil
survey) menunjukkan bahwa negeri kita misalnya masih berada pada urutan
teratas sebagai negara paling rendah kesadaran hukum dan moralitasnya. Dari
masalah etika, kejujuran, disiplin, hukum, kriminal, tindak kekerasan, konsumsi
minuman keras, narkoba dan psikotropika, pemimpin yang tidak amanah, wakil
rakyat yang hianat, orang tua yang tidak bijak, guru yang tidak baik dan
masyarakatnya yang acuh dan hanya peduli kepada kepentingan tertentu saja.
Fakta-fakta tentang kurikulum yang ada
di dunia dan yang berkembang di negeri kita, merupakan pembahasan yang menarik,
karena disinilah tempat kebanyakan manusia berburu ilmu.
0 komentar:
Posting Komentar