SELAMAT DATANG DI BLOG RUMAH INSAN BELAJAR || BAGI YANG INGIN MEMPUBLIKASI ULANG MENGENAI ISI DARI BLOG INI HARAP CANTUMKAN LINK SUMBER DAN PENULIS. TRIM'S

20.Tempat Manusia Berburu Ilmu

Senin, 08 September 2014 |



20.
Tempat Manusia
Berburu Ilmu





PESERTA DIDIK (SERDIK) belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sebagai perantara mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, diperlukan bahan ajar atau materi pendidikan. Materi pendidikan tersusun atas topik-topik dan sub topik tertentu.
Kenyataan menunjukkan bahwa banyak sekali tuntutan yang harus dipenuhi lembaga pendidikan pada umumnya, begitu pula Islam, sedangkan waktu yang tersedia terbatas. Sehingga dalam hal ini, menjadi penting menyeleksi materi pendidikan.
          Dalam rangka memilih materi pendidikan, Hilda Taba mengemukakan beberapa kriteria diantaranya: (1) harus valid dan signifikan, (2) harus berpegang pada realitas sosial, (3) kedalam dan keluasannya harus seimbang, (4) menjangkau tujuan yang luas, (5) dapat dipelajari dan disesuaikan dengan pengalaman siswa, dan (6) harus dapat memenuhi kebutuhan dan menarik minat peserta didik (Ghofir, 1993: 37-38).
Islam dengan Al Qur’annya menurut Abdurrahman Saleh Abdullah dipandang sebagai landasan pendidikan Islam yang prinsipnya hendak menyatukan mata pelajaran yang bermacam-macam. Tidak ada klasifikasi mata pelajaran umum dan agama, dimana semua materi termasuk ilmu alam harus diajarkan menurut pandangan Islam.
          Untuk mencapai materi pendidikan seperti yang diinginkan ini, paling tidak yang perlu diperhatikan dalam rangka pengembangannya adalah jenis materi, ruang lingkup materi, klasifikasi materi, sekuensi materi, serta sumber acuannya.
Sistem Penyampaian
          Sistem penyampaian merupakan sistem atau strategi yang digunakan dalam menyampaikan materi pendidikan yang telah dirumuskan. Sistem penyampaian ini paling minim berkaitan dengan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi, serta pendekatan pembelajaran. Ketika guru menyusun materi pendidikan, secara otomatis ia juga harus memikirkan strategi yang sesuai untuk menyajikan materi pendidikan tersebut. Sementara itu Muhaimin (2003:184) mengidentifikasi bahwa sistem pengampaian ini mencakup beberapa hal pokok, yaitu: strategi dan pendekatannya, metode pengajarannya, pengaturan kelas, serta pemanfaatan media pendidikan.
Metode misalnya, ia ikut menentukan efektif atau tidaknya proses pencapaian tujuan pendidikan. Semakin tepat metode yang digunakan, akan semakin efektif proses pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Sehingga dalam hal ini terlihat betapa pentingnya pengetahuan tentang metode bagi seorang guru. Bagi Ahmad Tafsir, pengetahuan tentang metode mengajar yang terpenting adalah pengetahuan tentang cara menyusun urutan kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan (Tafsir, 1999: 34).
          Selama ini, sampai kini, mungkin diantara kita sebagai orang tua, ketika memasukkan anak kita ke sekolah sudah merasa yakin dan mantap bahwa inilah sekolah yang tepat untuk anak-anak kita. Keyakinan itu mungkin didasarkan kepada statusnya, mutunya, tarafnya atau bahkan mungkin karena tarifnya. Mungkin juga diantara kita para orang tua, sempat ragu, apa betul sekolah ini benar-benar sekolah yang tepat untuk anak-anak kita. Keraguan itu mungkin didasarkan pada alasan yang sama, yakni statusnya, mutunya, tarafnya juga tarifnya. Mengapa kita begitu yakin? Dan mengapa pula kita menjadi ragu? Untuk alasan yang sama?
          Selama ini, dan sampai kini, mungkin diantara kita pun sebagai praktisi pendidikan apakah itu guru, tutor, pamong, atau dosen, ketika masuk kelas sudah merasa yakin atau sempat ragu, bahwa kelas yang akan kita masuki adalah kelas yang layak untuk manusia. Apakah keyakinan atau keraguan kita juga didasarkan pada status, mutu, taraf dan tarif kelas kita tersebut?
          Tapi yakinkah kita bahwa sekolah tempat dimana anak kita dididik. Atau kelas tempat kita mendidik anak, adalah tempat terbaik mereka mempelajari nilai-nilai kebenaran dan kebaikan dari kehidupan sebagai manusia? Bukan tempat mereka melakukan pembenaran untuk berebut nilai tertinggi dan terbaik, sekalipun dengan cara apapun.
          Bukankah sekolah selama ini kita pahami, sebagai tempat memanusiakan manusia? Dari anak manusia dengan segala potensi fitrahnya, menjadi manusia yang dewasa dan seutuhnya yang bermanfaat bagi dirinya dan sekitarnya, tetapi tetap dalam fitrahnya. Tempat mempersiapkan manusia sebagai insan pembelajar yang beriman juga bertaqwa, berilmu amaliah, beramal ilmiah, memiliki akhlak dan kepribadian yang unik, memiliki nilai-nilai estitika yang menjunjung norma-norma, sehat tapi bukan dengan cara instan, handal dan teruji, aktif tapi tidak merendahkan yang pasif, jujur tapi tidak merasa benar sendiri, dan asih dengan mengasihi sesama.
          Faktanya hingga kini disekeliling kita, sangat mudah menemukan siswa yang menyontek saat ulangan atau ujian, demi sebuah nilai, padahal dalam pengawasan yang ketat. Nyatanya kita kerap menyaksikan tawuran antar pelajar bahkan mahasiswa demi sebuah kehormatan. Tidak jarang kita melihat kehormatan di pertaruhkan bahkan diperjualbelikan demi tempat belajar. Faktanya (hasil survey) menunjukkan bahwa negeri kita misalnya masih berada pada urutan teratas sebagai negara paling rendah kesadaran hukum dan moralitasnya. Dari masalah etika, kejujuran, disiplin, hukum, kriminal, tindak kekerasan, konsumsi minuman keras, narkoba dan psikotropika, pemimpin yang tidak amanah, wakil rakyat yang hianat, orang tua yang tidak bijak, guru yang tidak baik dan masyarakatnya yang acuh dan hanya peduli kepada kepentingan tertentu saja.
          Fakta-fakta tentang kurikulum yang ada di dunia dan yang berkembang di negeri kita, merupakan pembahasan yang menarik, karena disinilah tempat kebanyakan manusia berburu ilmu.

0 komentar:

Posting Komentar