13.
Sembilan Prinsip Kurikulum PAI
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru
dalam kegiatan pembelajaran
Berpusat pada Peserta Didik
Setiap
kita, termasuk peserta didik terlahir dalam keadaan membawa fitrah (potensi). Fitrah sebagai potensi dasar
merupakan bekal setiap peserta didik agar layak hidup. Tugas orang tua, guru,
masyarakat dan lingkungan membantu untuk mempertegas dirinya sebagai makhluk
individu dan sosial yang dapat berkembang sesuai fitrahnya (gharizah) hingga
mencapai kehidupan yang layak. Sebuah fase kehidupan untuk tahap kebahagiaan. Setiap peserta didik
memiliki beragam perbedaan, seperti: minat (interest),
kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience), dan gaya belajar (learning style). Peserta didik tertentu
mungkin lebih mudah belajar dengan cara mendengar, membaca, atau dengan cara
melihat. Tetapi bagi peserta didik yang lain kadang lebih cenderung dengan cara
melakukan langsung (learning by doing).
Karena itu, peran guru sebagai fasilitator yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan
tersebut dengan mendesain beragam pembelajaran, organisasi kelas yang menarik,
materi dan sumber belajar pembelajaran yang relevan kebutuhan mereka, waktu
belajar yang tepat, media belajar yang menarik, strategi pembelajaran akurat dan
penilaian yang menyenangkan.
Perbedaan
gaya belajar (learning style) peserta
didik mengharuskan guru melayani beragam kecenderungan tersebut. Berikut
beberapa pola strategi pembelajaran yang dapat kita jadikan rujukan gaya
belajar peserta didik.
Pertama
Somatik. merupakan pola pembelajaran
yang lebih mengedepankan aspek gerak tubuh atau belajar dengan cara melakukan.
Kedua
Auditif, adalah gaya belajar yang
lebih menekankan pada aspek pendengaran.
Ketiga
Visual, yaitu gaya belajar yang lebih
menekankan pada aspek penglihatan.
Keempat
Intelektual, yaitu gaya belajar yang
lebih mengedepankan pada aspek logika atau daya nalar.
Setiap
anak unik, setiap anak cerdas, setiap mereka istimewa dan berhak bahagia dengan
cinta tanpa syarat. Peserta didik mempunyai berbagai kecerdasan yang dapat
dioptimalkan melalui kegiatan pembelajaran. Kecerdasan yang dimaksud adalah
kecerdasan linguistik (kemampuan
menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis), logismatematis (kemampuan menggunakan
angka dengan baik dan menggunakn penalaran yang benar), spasial (kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara
akuratdan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut), kinestetis-jasmani (merupakan kecerdasan
fisik dalam menggunakan seluruh anggota tubuhnya untuk mengekspresikan ide dan
perasaan dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah
sesuatu), interpersonal (kemampuan
memersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta persaan orang
lain), intrapersonal (kemampuan
memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut), naturalis (keahlian mengenali dan
mengategorikan spesies baik flora fauna di lingkungan sekitar), dan kecerdasan musikal (kemampuan menangani
bentuk-bentuk musikal dengan cara memersepsi, membedakan, mengubah, dan
mengekspresikan). Selain kecerdasan majemuk tersebut patut kita sadari bahwa
mungkin saja masih terdapat jenis kecerdasan-kecerdasan yang belum terungkap
oleh kita.
Belajar untuk Melakukan
Kita
mengenal Piramida Pembelajaran (The Leaning
Pyramid) yang di usung Jemy V.Confido dari pembelajaran aktif. memberikan gambaran bahwa setiap peserta didik
dapat belajar 10 persen dari apa ia baca, 20 persen dari yang didengar, 30
persen dari yang dilihat, 50 persen dari yang dilihat dan didengar, 70 persen
yang ia katakan, dan 90 persen dari yang ia lakukan. Karena melakukan merupakan
bentuk pernyataan diri peserta didik yang melibatkan jiwa dan raganya. Karenanya
peserta didik harus difasilitasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan nyata yang
melibatkan dirinya secara fisik dan mental. Terutama untuk mencari, menemukan menghubungkan
pengetahuan dengan pengalaman emperik mereka sehari-hari. Peserta didik akan merasakan
pengalaman yang berharga dan bermakna.
Mengembangkan Kemampuan Sosial
Kegiatan
proses pembelajaran tidak saja mengoptimalkan kemampuan individual peserta
didik secara internal, melainkan juga mengasah kemampuan peserta didik dalam membangun
dirinya dengan peserta didik lain, guru, dan masyarakat sekolah. Karenanya
penting sekali mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik melakukan interaksi dengan sesama peserta didik, interaksi dengan guru
dan interaksi dengan masyarakat. Dengan demikian diharapkan guru mampu menerapkan
berbagai strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik terlibat dengan
pihak lain. Diskusi kelompok, debat (pro-kontra), sosiodrama, kerja kelompok
dan sebagainya merupakan beberapa gambaran tentang hal itu.
Mengembangkan Kemampuan
Mengatasi Masalah
Standar
kompetensi peserta didik acapkali ditentukan oleh kemampuannya untuk memecahkan
masalah. Karenanya, dalam proses pembelajaran perlu disajikan atau diciptakan
situasi menantang. Salah satunya adalah melalui pemecahan masalah agar peserta
didik memiliki kepekaaan terhadap kesenjangan yang terjadi. Mereka dihadapkan
kepada kemungkinan-kemungkinan. Kepekaan mereka terhadap masalah dapat
ditumbuhkan jika peserta didik dihadapkan langsung pada situasi yang seakan-akan
nyata. Prinsip ini diterapkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas,
sehingga pintu kearah pembelajaran aktif mulai terbuka Guru berusaha untuk
menarik peserta didik untuk melihat, mendengar dan merasakan langsung
seolah-olah masalah tersebut benar-benar dihadapi. Mencari cara, menentukan
pilihan dan kemungkinan-kemungkinan, merumuskan dan berupaya memecahkannya
sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.
Mengembangkan Kreativitas Siswa
Kita
mesti menyadari bahwa setiap peserta didik lahir dalam keadaan berbeda (individual difference) dan unik. Masing-masing
mereka memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Karena itu, kegiatan
pembelajaran diciptakan sedemikian rupa sehingga membuat setiap peserta didik
dapat mengoptimalkan potensinya. Di
dalam kegiatan pembelajaran harus dikondisikan agar peserta didik memiliki kesempatan
dan kebebasan dalam mengembangkan diri sesuai dengan kecenderungan
masing-masing. Guru berupaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengemukakan pendapatnya.
Mengembangkan Kemampuan
Sain Teknologi
Seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat. Kemampuan peserta
didik dalam hal informasi, komunikasi dan teknologi juga harus diperhatikan. Pada kenyataan dalam hal sain teknologi ini
peserta didik tidak pernah ketinggalan apalagi gagap. Mereka selalu meng-update setiap perkembangannya begitu
menakjubkan. Kecepatannya kadang dapat mengalahkan guru apalagi orang tua. Hal
yang mesti menjadi perhatian kita bukan pada kemampuan peserta didik mengikuti
perkembangannya, akan tetapi seberapa bijak mereka memanfaatkannya. Disini
peran guru diharapkan dapat membimbing peserta didik untuk memanfaatkan sain
teknologi untuk kepentingan pengembangan potensi.
Menumbuhkan Semangat
Nasionalisme
Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan harga mati bagi setiap warganya. Kegiatan
pembelajaran perlu diciptakan untuk mengasah kepekaan jiwa peserta terhadap
kecintaan kepada bangsa dan negaranya. Karena cinta dan pengabdian kepada tanah
air merupakan bagian dari ibadah.
Belajar Sepanjang Hayat
Islam
mengajarkan kepada umatnya bahwa ilmu wajib bagi setiap muslim sejak dari
kandungan hingga liang lahat (maut menjemput). Menuntut ilmu tidak dibatasi
oleh ruang, waktu dan tempat. Tidak juga oleh usia kronologis tertentu.
Menuntut ilmu merupakan kegiatan lintas jenjang dan jenis pendidikan, apakah
formal, informal maupun nonformal. Jalur sekolah juga luar sekolah. Reguler
maupun khusus dan terbuka. Di mana pun, kapan pun, dan bagaimana pun semangat
mencari ilmu harus menjadi jiwa seorang muslim. Guru inspirator, taladan
sekaligus motivator peserta didik untuk terus menuntut ilmu dan
mengembangkannya dimana pun berada.
Semangat ”KKS” bukan
Praktik ”KKN”
Semangat
Kompetitif, Kerjasama, dan Solidaritas (KKS) merupakan sikap yang mesti
ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.
Semangat kompetitif melatih daya saing individu peserta didik secara
sehat. Semangat kerjasama merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta
didik agar dapat mengatasi masalah secara bersama-sama. Menghindari pertikaian,
perkelahian antar pelajar. Semangat solidaritas dikembangkan agar peserta didik
memiliki rasa senasib sepenanggungan, perasaan setia kawan dan persaan bersatu.
Semangat ini dikembangkan agar peserta didik kelak dapat menghindari tumbuhnya perilaku
buruk seperti: praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
0 komentar:
Posting Komentar