SELAMAT DATANG DI BLOG RUMAH INSAN BELAJAR || BAGI YANG INGIN MEMPUBLIKASI ULANG MENGENAI ISI DARI BLOG INI HARAP CANTUMKAN LINK SUMBER DAN PENULIS. TRIM'S

13. Sembilan Prinsip Kurikulum PAI

Sabtu, 06 September 2014 |



13.
Sembilan Prinsip Kurikulum PAI
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru
dalam kegiatan pembelajaran



B
erpusat pada Peserta Didik
Setiap kita, termasuk peserta didik terlahir dalam keadaan membawa fitrah (potensi). Fitrah sebagai potensi dasar merupakan bekal setiap peserta didik agar layak hidup. Tugas orang tua, guru, masyarakat dan lingkungan membantu untuk mempertegas dirinya sebagai makhluk individu dan sosial yang dapat berkembang sesuai fitrahnya (gharizah) hingga mencapai kehidupan yang layak. Sebuah fase kehidupan untuk tahap kebahagiaan.  Setiap peserta didik memiliki beragam perbedaan, seperti: minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience), dan gaya belajar (learning style). Peserta didik tertentu mungkin lebih mudah belajar dengan cara mendengar, membaca, atau dengan cara melihat. Tetapi bagi peserta didik yang lain kadang lebih cenderung dengan cara melakukan langsung (learning by doing). Karena itu, peran guru sebagai fasilitator yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan tersebut dengan mendesain beragam pembelajaran, organisasi kelas yang menarik, materi dan sumber belajar pembelajaran yang relevan kebutuhan mereka, waktu belajar yang tepat, media belajar yang menarik, strategi pembelajaran akurat dan penilaian yang menyenangkan.
          Perbedaan gaya belajar (learning style) peserta didik mengharuskan guru melayani beragam kecenderungan tersebut. Berikut beberapa pola strategi pembelajaran yang dapat kita jadikan rujukan gaya belajar peserta didik.
Pertama Somatik. merupakan pola pembelajaran yang lebih mengedepankan aspek gerak tubuh atau belajar dengan cara melakukan.
Kedua Auditif, adalah gaya belajar yang lebih menekankan pada aspek pendengaran.
Ketiga Visual, yaitu gaya belajar yang lebih menekankan pada aspek penglihatan.
Keempat Intelektual, yaitu gaya belajar yang lebih mengedepankan pada aspek logika atau daya nalar.
          Setiap anak unik, setiap anak cerdas, setiap mereka istimewa dan berhak bahagia dengan cinta tanpa syarat. Peserta didik mempunyai berbagai kecerdasan yang dapat dioptimalkan melalui kegiatan pembelajaran. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan linguistik (kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis), logismatematis (kemampuan menggunakan angka dengan baik dan menggunakn penalaran yang benar), spasial (kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akuratdan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut), kinestetis-jasmani (merupakan kecerdasan fisik dalam menggunakan seluruh anggota tubuhnya untuk mengekspresikan ide dan perasaan dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu), interpersonal (kemampuan memersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta persaan orang lain), intrapersonal (kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut), naturalis (keahlian mengenali dan mengategorikan spesies baik flora fauna di lingkungan sekitar), dan kecerdasan musikal (kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara memersepsi, membedakan, mengubah, dan mengekspresikan). Selain kecerdasan majemuk tersebut patut kita sadari bahwa mungkin saja masih terdapat jenis kecerdasan-kecerdasan yang belum terungkap oleh kita.

Belajar untuk Melakukan
Kita mengenal Piramida Pembelajaran (The Leaning Pyramid) yang di usung Jemy V.Confido dari pembelajaran aktif.  memberikan gambaran bahwa setiap peserta didik dapat belajar 10 persen dari apa ia baca, 20 persen dari yang didengar, 30 persen dari yang dilihat, 50 persen dari yang dilihat dan didengar, 70 persen yang ia katakan, dan 90 persen dari yang ia lakukan. Karena melakukan merupakan bentuk pernyataan diri peserta didik yang melibatkan jiwa dan raganya. Karenanya peserta didik harus difasilitasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan nyata yang melibatkan dirinya secara fisik dan mental. Terutama untuk mencari, menemukan menghubungkan pengetahuan dengan pengalaman emperik mereka sehari-hari. Peserta didik akan merasakan pengalaman yang berharga dan bermakna.

Mengembangkan Kemampuan Sosial
Kegiatan proses pembelajaran tidak saja mengoptimalkan kemampuan individual peserta didik secara internal, melainkan juga mengasah kemampuan peserta didik dalam membangun dirinya dengan peserta didik lain, guru, dan masyarakat sekolah. Karenanya penting sekali mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan interaksi dengan sesama peserta didik, interaksi dengan guru dan interaksi dengan masyarakat. Dengan demikian diharapkan guru mampu menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik terlibat dengan pihak lain. Diskusi kelompok, debat (pro-kontra), sosiodrama, kerja kelompok dan sebagainya merupakan beberapa gambaran tentang hal itu.         

Mengembangkan Kemampuan
Mengatasi Masalah
Standar kompetensi peserta didik acapkali ditentukan oleh kemampuannya untuk memecahkan masalah. Karenanya, dalam proses pembelajaran perlu disajikan atau diciptakan situasi menantang. Salah satunya adalah melalui pemecahan masalah agar peserta didik memiliki kepekaaan terhadap kesenjangan yang terjadi. Mereka dihadapkan kepada kemungkinan-kemungkinan. Kepekaan mereka terhadap masalah dapat ditumbuhkan jika peserta didik dihadapkan langsung pada situasi yang seakan-akan nyata. Prinsip ini diterapkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas, sehingga pintu kearah pembelajaran aktif mulai terbuka Guru berusaha untuk menarik peserta didik untuk melihat, mendengar dan merasakan langsung seolah-olah masalah tersebut benar-benar dihadapi. Mencari cara, menentukan pilihan dan kemungkinan-kemungkinan, merumuskan dan berupaya memecahkannya sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.

Mengembangkan Kreativitas Siswa
Kita mesti menyadari bahwa setiap peserta didik lahir dalam keadaan berbeda (individual difference) dan unik. Masing-masing mereka memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Karena itu, kegiatan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa sehingga membuat setiap peserta didik dapat mengoptimalkan potensinya.      Di dalam kegiatan pembelajaran harus dikondisikan agar peserta didik memiliki kesempatan dan kebebasan dalam mengembangkan diri sesuai dengan kecenderungan masing-masing. Guru berupaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya.

Mengembangkan Kemampuan
Sain Teknologi
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat. Kemampuan peserta didik dalam hal informasi, komunikasi dan teknologi juga harus diperhatikan.  Pada kenyataan dalam hal sain teknologi ini peserta didik tidak pernah ketinggalan apalagi gagap. Mereka selalu meng-update setiap perkembangannya begitu menakjubkan. Kecepatannya kadang dapat mengalahkan guru apalagi orang tua. Hal yang mesti menjadi perhatian kita bukan pada kemampuan peserta didik mengikuti perkembangannya, akan tetapi seberapa bijak mereka memanfaatkannya. Disini peran guru diharapkan dapat membimbing peserta didik untuk memanfaatkan sain teknologi untuk kepentingan pengembangan potensi.

Menumbuhkan Semangat
Nasionalisme
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan harga mati bagi setiap warganya. Kegiatan pembelajaran perlu diciptakan untuk mengasah kepekaan jiwa peserta terhadap kecintaan kepada bangsa dan negaranya. Karena cinta dan pengabdian kepada tanah air merupakan bagian dari ibadah.

Belajar Sepanjang Hayat
Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa ilmu wajib bagi setiap muslim sejak dari kandungan hingga liang lahat (maut menjemput). Menuntut ilmu tidak dibatasi oleh ruang, waktu dan tempat. Tidak juga oleh usia kronologis tertentu. Menuntut ilmu merupakan kegiatan lintas jenjang dan jenis pendidikan, apakah formal, informal maupun nonformal. Jalur sekolah juga luar sekolah. Reguler maupun khusus dan terbuka. Di mana pun, kapan pun, dan bagaimana pun semangat mencari ilmu harus menjadi jiwa seorang muslim. Guru inspirator, taladan sekaligus motivator peserta didik untuk terus menuntut ilmu dan mengembangkannya dimana pun berada.
Semangat ”KKS” bukan
Praktik ”KKN”
Semangat Kompetitif, Kerjasama, dan Solidaritas (KKS) merupakan sikap yang mesti ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.  Semangat kompetitif melatih daya saing individu peserta didik secara sehat. Semangat kerjasama merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik agar dapat mengatasi masalah secara bersama-sama. Menghindari pertikaian, perkelahian antar pelajar. Semangat solidaritas dikembangkan agar peserta didik memiliki rasa senasib sepenanggungan, perasaan setia kawan dan persaan bersatu. Semangat ini dikembangkan agar peserta didik kelak dapat menghindari tumbuhnya perilaku buruk seperti: praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

0 komentar:

Posting Komentar