SYEKH SITI JENAR
Faktual atau Imajiner?
BERAGAM versi
tentang cerita Syekh Siti Jenar, baik tentang nama maupun muasalnya mengundang kontroversi
tentang keberadaannya. Apakah betul-betul sosok yang nyata atau hanya imajiner?
R. Tanojo[1]
dalam Riwayat Wali Sanga Babad Djati diungkapkan bahwa,
“Berganti yang diceritakan, adalah
seorang wali yang amat pandai, bernama Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemahbang,
tinggal di desa Krendhsawa, dulunya berasal dari rakyat biasa, memperoleh
anugerah Ilahi, dapat menguasai ilmu tertinggi berasal dari Kanjeng Susuhunan
Bonang, yaitu pada waktu beliau mengajarkan ilmu wirid kepada Kanjeng Susuhunan
Kalijaga di tengah rawa di atas perahu.”
Tentang keberadaan masih dalam
perdebatan. Karena tidak ada sumber yang mengungkap secara jelas dengan fakta
dan data yang lengkap sebagaimana layak sejarah. Tempat dan tanggal lahir serta
meninggalnya. Keturunan dari ayah dan ibu. Sanak keluarga dan keturunannya jika
ada.
Lepas
dari itu semua agaknya yang tidak dipertentangkan adalah perihal paham
keagamaan yang menjadi esensi cerita Syekh Siti Jenar sebagai sosok sufi yang
kontroversial. Paham keagamaan yang berkembang dalam masyarakat Jawa yang dikenal
dengan sebutan manunggaling kawulo gusti
yang berarti menyatunya manusia dengan Tuhan. Paham yang telah berkembang
dari kalangan Sufi Persia bernama Al-Hallaj. Karena berkembang dengan istilah
Jawa, maka diperlukan sosok yang dapat dianggap sebagai pembawa ajaran ini.
Sebagaimana
Umar Hasyim[2]
seperti dikutip MB.Rahimsyah AR (2011) mengatakan bahwa peristiwa Siti Jenar
hanyalah khalayan dan Siti Jenar hanyalah tokoh yang diadakan saja untuk
menyatakan pertentangan antara paham tashawuf Wihdatul Wujud dengan faham yang
benar-benar menurut sunah Rasul. Faham Wihdatul Wujud atau ittihad atau tahallul
yang dalam falsafah kejawen dinamakan manunggaling
kawula gusti adalah SESAT. Tuhan
(gusti) adalah bersatu (manunggal) dengan makhluk (kawula), dan tentunya
falsafah ini adalah kufur. Maka cerita Siti Jenar diadakan untuk memperingatkan
kepada masyarakat bahwa ajaran manunggaling
kawula gusti itu sesat dan berbahaya bagi ajaran tauhid.[S3J]
0 komentar:
Posting Komentar