Cerpen Kusi Bungkuk
Rabu, 23 Januari 2008
Rabu, 23 Januari 2008
Aroma tanah basah tersiram hujan ini sudah lama tak kucium, semenjak aku dan ibuku berpindah rumah yang terakhir. Pindah dari rumah kontrakan satu ke kontrakan lainnya itu tradisi dua atau tiga tahunan kami. Kali ini tidak lagi kerumah kontrakan. Rumah warisan, sekalipun kecil untuk seukuran satu keluarga tapi untuk kami berdua lumayan. Setidaknya kami bisa merasa tenang, tidak harus berkemas jika batas waktu sudah sampai atau tidak mampu deal jika nilai kontrakan dinaikan pemiliknya. Ini terjadi semenjak abahku meninggal dunia, ketika usiaku baru tiga tahun. Begitulah cerita mama setiap aku menanyakan figure abah kepadanya.
Lagi pula letaknya cukup strategis, dijantung pasar pusat kota ini. Dahulu aku harus jalan kaki kiloanmeter lalu menyeberang Sungai Balangan baru sampai ketempat ini. Tempat kediaman kakek nenek dan tempat tinggal saudara-saudara mama. Di pasar ini aku membantu mama mem...
Lengkapnya Download disini
0 komentar:
Posting Komentar